Jumat, 18 Desember 2009

Ada Apa di Balik Telur?

dari http://andhiena.multiply.com
By Prof Dr Ir Ali Khomsan - Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB


Siapa yang tidak kenal dengan telur? Si bulat ini begitu dekat dengan kita, tetapi kadang kita bahkan tidak tahu apa saja kandungan gizi di dalamnya. Mari mengenal telur lebih dekat.

Telur ayam adalah kapsul alami yang kaya gizi. Sebagian masyarakat kita telah menyadari kehebatan telur dengan segala khasiatnya. Bahkan telur terkadang dianggap memiliki kekuatan magic, apalagi telur yang berasal dari ayam hitam. Ini sekedar menunjukkan bahwa telur telah memiliki posisi tersendiri di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Kandungan gizi


Tak diragukan lagi, telur mempunyai kandungan protein tinggi. Bahkan di dalam peristilahan gizi ada satuan yang disebut Protein Senilai Telur (PST). Dalam hal ini protein di dalam telur dijadikan standar dan diberi nilai maksimal yaitu 100, bahan pangan lainnya kemudian disetarakan dan umumnya mempunyai nilai di bawah 100.

Sumber gizi telur sebenarnya lebih banyak pada kuning telurnya dibandingkan bagian yang berwarna putih. Sebaliknya, zat besi dan vitamin A justru hampir seluruhnya terkonsentrasi pada kuning telur.

Banyak telur = kolesterol tinggi?


Anak dalam masa pertumbuhan sebaiknya mengonsumsi satu butir telur sehari sebagai jaminan asupan gizi yang optimal untuk menopang pertumbuhan fisik dan kecerdasannya. Sebagian orang tua bahkan sering memberikan telur setengah matang kepada anak-anaknya. Apakah Anda juga demikian? Telur matang sebenarnya justru lebih mudah dicerna tubuh. Mengapa? Karena proteinnya telah terdenaturasi dan ikatannya menjadi longgar. Hal ini memudahkan enzim pencernaan untuk memecahnya menjadi bagian-bagian kecil untuk kemudian diserap tubuh.

Pada sebagian orang telur terkadang ditakuti karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Mungkin hal ini benar untuk orang-orang dewasa di atas usia 40 tahun yang sudah terdeteksi rawan kolesterol tinggi. Namun bagi anak-anak (terutama balita), kolesterol ini justru sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan dasar untuk menopang kecerdasan. Tahukah Anda bahwa otak tmemiliki komponen lemak dan kolesterol yang tinggi?

Kebutuhan kolesterol rata-rata per hari adalah 300 mg. Oleh karena itu, satu butir telur sehari sudah memenuhi 80% kebutuhan kolesterol tubuh. Belum lagi jika si kecil juga makan lauk daging, ikan, serta minum susu.

Telur biasa atau telur Omega-3?

Saat ini di pasaran sering dijumpai telur dengan kandungan omega-3. Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh esensial yang bersama omega-6, berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak.

TELU BEBEK OMEGA-3

Sumber omega-3 dan omega-6 bagi seorang anak adalah air susu ibu (ASI). Dengan rekayasa teknologi pakan, maka ayam petelur bisa diperintah agar menghasilkan telur kaya omega-3. Ini merupakan terobosan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat konsumen. Anak kerap kurang menyukai ikan laut yang merupakan pangan tinggi omega-3. Bagi anak yang tidak doyan ikan, tapi mau makan telur, maka telur omega-3 dapat menjadi pilihan. Namun telur biasa pun mengandung omega-3 dan omega-6.

Dengan mengkonsumsi telur maka anak-anak kita akan mempunyai pertumbuhan fisik yang baik karena memperoleh protein berkualitas tinggi. Harga yang murah dan ketersediaan yang ada di mana-mana membuat telur menjadi makanan yang disukai oleh siapa saja. Hanya saja konsumsi telur perlu disikapi secara berhati-hati oleh mereka yang pernah menderita kolesterol tinggi.

Telur ayam, bebek, atau puyuh?

Kandungan protein telur ayam, telur bebek dan telur puyuh relatif hampir sama, namun telur bebek mengandung lemak lebih tinggi.

Anak-anak kadang lebih menyukai telur puyuh karena bentuknya yang kecil dan kulitnya yang bertotol-totol menarik. Enam butir telur puyuh sebenarnya setara dengan satu butir telur ayam. Umumnya rata-rata berat telur ayam per butir adalah 60 gr, telur puyuh 10 gr, dan telur bebek 80 gr. Jadi Anda tinggal pilih sendiri!

Si kecil alergi telur?

Ketika bayi dan anak-anak pertama kali berkenalan dengan telur, terkadang muncul alergi. Hal ini perlu disiasati dengan cara berikan kuning telurnya saja. Sebagaimana disebutkan di atas kuning telur mengandung gizi lebih tinggi daripada putihnya.

Protein yang terkandung dalam putih telur biasanya langsung diserap oleh pembuluh darah dan kemungkinan putih telur ini bersifat sebagai antigen sehingga memunculkan gejala alergi. Hal ini terutama terjadi pada telur yang dikonsumsi mentah atau setengah matang.

Putih telur mentah juga mengandung avidin yang menghambat penyerapan biotin, salah satu vitamin yang berperan dalam proses sintesis asam lemak. Oleh karena itu konsumsi telur matang mendatangkan manfaat lebih besar dari segi gizi dan kesehatan. Proses pemasakan akan menghilangkan sifat antigizi dari putih telur tersebut.

Referensi
1. Winarno, FG. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan
2. Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara, Jakarta.
3. Siong, ET, MI Noor, MN Azudin, & K Idris. 1997.
4. Nutrient Composition of Malaysian Foods. Institute for Medical Research, Kuala Lumpur

Telur Bebek Tingkatkan Vitalitas Pria


dari http://cahjava.multiply.com

Telor Bebek Menyalakan Gairah

Telur bebek dipercayai bisa meningkatkan vitalitas pria. Kabarnya, gairah yang nyaris memudar cepat dapat bergelora kembali.

Sebenarnya, Johan, 34 tahun, yang beristri Lusi, 31 tahun, merupakan pasangan harmonis dan bahagia. Pasangan yang menikah pada delapan tahun lalu, dan telah dikaruniai dua anak ini memiliki kehidupan sempurna, apalagi tingkat ekonomi pun mapan. Namun, empat bulan terakhir, Johan, Branch Manager di sebuah perusahaan asuransi ini sedang dihantui kegelisahan akibat kemampuan seksnya yang dirasa kurang prima.

"Saya sering mendapati wajah istri agak murung, setiap kali kami selesai berhubungan intim. Malah, minggu lalu, tak seperti biasa, istri saya mengungkapkan kecewanya karena tak bisa mencapai orgasme. Katanya saya kehilangan semangat. Malah, saya dicurigai mempu nyai WIL. Duh, bisa runyam kalau terus seperti ini," ujar Johan seperti curhat.

Tak cuma istrinya, tapi Johan pun keheranan saat mendapati kemampuan seksualnya menurun. "Padahal, saya tidak merasa tertekan oleh pekerjaan atau urusan rumah tangga. Gaya hidup sayajuga tak seperti kebanyakan para eksekutif. Clubbing bareng teman dalam satu bulan paling banter satu kali. Malah kadang tidak sama sekali. Konsumsi makananjuga condong banyak sayuran, tidak ketinggalan vitamin. Malah, upaya untuk bergairah juga sudah saya lakukan, di antaranya menonton film X, ke luar kota untuk ganti suasana dan beberapa hal lainnya," tambahnya dengan wajah sedih.

Johan pun teringat saran Budi, rekan sekantomya, untuk mencoba mengonsumsi telur bebek yang katanya mampu membakar gairah yang menurun. "Hasil nya memang tidak serta merta. Tapi setelah beberapa waktu saya rutin mengonsumsi telur bebek, pelahan-lahan gairah saya kembali membaik. Meskipun tidak terlampau dahsyat seperti yang dipromosikan teman saya."

Jadi, fakta atau hanya mitos kah yang mengatakan telur bebek dapat meningkatkan vitalitas seks?

Turunnya gairah seksual seseorang, memang tak cuma oleh satu faktor. Tetapi saling berkait, di antaranya tekanan psikologis seperti stres, kelelahan fisik, kurang tidur, serta pola makan yang salah, terbilang faktor-faktor yang dapat menurunkan vitalitas seks. Malah, tak sedikit pria yang mengalami penurunan vitalitas, semakin kehilangan semangat sekalipun sudah mengeluarkanjurusjurus mutakhir untuk menggelitik gairah seks yang dirasa menurun.

Tapi mencoba mengonsumsi telur bebek yang kabarnya bisa meningkatkan gairah seks, ternyata dibenarkan oleh Dr. Bambang Sukamto, DMSH dari On Clinic, Jakarta. "Ya, telur bebek memang banyak mengandung lemak dan protein, yang kandungannya membantu pertumbuhan sperma dan hormon testosteron, dan tentu menjadi bagus guna meningkatkan kinerja seks," tandasnya.

Tambahnya, secara medis telur bebek malah bisa dijadikan alat bantu untuk penyembuhan lemah syahwat dengan mengonsumsi dua butir sehari. Dan alangkah baiknya diminum dengan madu ataujamu, disertai dengan sayuran dan makanan mengandung zinc seperti kerang dan tirem. Makanan yang mengandung zinc membantu pertumbuhan hormon testosteron dan sperma.

"Tetapi bila gairah sudah kembaktior mal, konsumsi telur bebek cukup satu butir sehari atau empat butir dalam satu minggu. Dan sebaiknya, pilih telur bebek kampung karena masih alami, belum terkontaminasi oleh zat kimia seperti telur yang diproduksi oleh pabrik," saran dokter Bambang.

Suplemen Seks

Telur bebek menjadi suplemen seks, ternyata sudah dipercaya sejak puluhan tahun lalu. Banyak cara meramu telur bebek untuk dijadikan suplemen. Di antaranya, dicampur dengan jamu khusus pria atau dijadikan minuman tambahan pengganti teh manis seperti yang dilakukan oleh masyarakat Minang. "Teh telur", satu kuning telur bebek, ditambah gula sebanyak dua sendok makan, dikocok di dalam gelas sekitar 10 atau 15 menit. Penyuguhannya, diberi air teh panas. Ramuan ini bagi pengantin baru menikah ternyata telah menjadi minuman wajib, sebelum berhubungan seks.

Banyak jenis telur memang diyakini memiliki khasiat meningkatkan kinerja seks, salah satunya telur ayam kampung. Dokter Bambang menjelaskan, bagi pria normal sebaiknya menghindari makan telur bebek, karena bisa berakibat fatal, penumpukan lemak dan peningkatan kolesterol. Begitu juga dengan yang sedang sakit diabetes dan gangguan ginjal,justru bisa menyebabkan impoten.

"Selain itu,jangan terlalu sering mengonsumsinya. Bisa menimbulkan ketergaritungan dan tidak percaya diri setiap kali berhubungan seks. Akibatnya tetap lemah syahwat. Jadi,jangan samakan telur bebek dengan suplemen seks lainnya yang bisa dikonsumsi setiap 1 hari atau menjelang berhubungan seks. Sebelum menjadikan telur bebek sebagai obat alternatif, sebaiknya periksa kesehatan terlebih dulu dalam rangka menghindari efek samping seperti alergi," tambah dokter Bambang. ©



Sumber: simeonadi

Selasa, 15 Desember 2009

Nasi Bebek Madura 'Mak Isa'


Erna Yuliana - detikFood

Jakarta - Nama: Erna Yuliana
Email: ernaranaa@yahoo.com

Nasi bebek khas Madura ini dijual di warung kecil sederhana bercat hijau. Rasa nasi bebek yang pedas-pedas enak sungguh mengguncang lidah... Tak heran jika para pembelinya rela mengantri sejak subuh demi mencicipi nasi bebek Mak Isa!

Walaupun saya sudah cukup lama tinggal di Rawamangun, Klender sekitar 7 tahunan, tapi baru sekitar 1,5 tahun ini saya mencoba dan suka dengan masakan yang menurut salah satu majalah sudah ada sejak jaman ORBA. Namanya Nasi Bebek Madura 'Mak
Isa'. Lokasinya ada di Jl. Raya Klender (arah pasar klender), warungnya kecil berwarna hijau dan tepat didekat pangkalan penjual kayu.

Pertama-tama saya penasaran dan bertanya dalam hati, "Warung kecil itu jual apa ya kok bisa orang ngantri dari sekitar jam 5 subuh ?" Ternyata mereka bela-belain ngantri hanya untuk mendapatkan Nasi Bebek Mak Isa.

Penasaran membuat saya memutuskan untuk mampir sepulang berbelanja dari Pasar Klender. Rasanya senang sekali karena mendapat urut no.5. Tapi ternyata dugaan saya keliru, meskipun yang mengantri sedikit tapi 4 orang didepan saya memesan rata-rata 10 sampai 50 bungkus. Walahh...

Akhirnya tiba juga giliran saya untuk mendapatkan Nasi Bebek yang terkenal itu, walaupun agak dongkol juga karena penjualnya galak atau lebih tepatnya ketus. Karena pada saat saya menanyakan apa boleh beli bebeknya saja eh si ibu penjual dan karyawannya menimpali, "Namanya juga Nasi Bebek ya harus sama nasi mana ada yang cuma beli bebeknya doang. Gak boleh!". Lalu kemudian saya pun sadar, kalau ternyata mereka tidak ketus tapi memang seperti itu gaya bicaranya orang Madura.

Namun kekesalan saya hilang setelah saya mencicipi suapan pertama nasi bebek Mak Isa. Nasi bebeknya Uenaaak sekali... Apalagi bumbu tumis yang berwarna hitam yang membalut disekitar daging bebeknya, sampai saat ini saya tidak tahu nama masakannya tapi menurut pembeli lainnya ini masakan khas dari Madura.

Seporsi Nasi bebek di jual Rp 8.000,00 dan sudah jaminan kenyang karena nasinya banyak. Rata-rata orang beli untuk dijual lagi di sekitar perkantoran di Jl. Jend Sudirman atau Jl. MH Thamrin.

Sekarang saya termasuk salah satu pembeli setia yang rela ngantri sejak jam 5 pagi untuk membeli pesanan teman-teman satu kantor. Dan sekarang sekali beli sekitar 10-20 bungkus... Nah, bagi yang ingin mencicipi nasi bebek Mak Isa, makan ditempat lebih cepat dilayani dari pada dibungkus. Oh ya, jangan datang siang-siang karena jam 9.30 -10.00 sudah habis dan baru buka lagi sekitar jam 6 sore.

Tapi kalau kalian sudah keburu datang ke Klender dan kehabisan, cobalah mencicipi Nasi Bebek Madura disekitar warung Mak Isa karena banyak yang menjual nasi bebek juga dan rasanya mendekati nasi bebek Mak Isa. Saya rekomendasikan Depot Nasi Bebek (di depan Pasar Klender), bagi yang sangat suka rasa pedas karena nasi bebek disana rasanya nendang abis!

Jl. Raya Klender (arah pasar klender)
Cipinang Kebembem, Jakarta Timur
Telp: 0813 11513935

(dev/Odi)

Minggu, 13 Desember 2009

Terpikat Masakan si Gajah Biru


Jumat, 08/05/2009 14:47 WIB
Kania Kurniasari - detikFood

Jakarta - Nama : Kania Kurniasari
Email: kania.kurniasari@id.ey.com

Bebek goreng atau ped ma kam disajikan dengan tampilan menggiurkan. Gurih garing di luar dan lembut di dalam. Kailan yang ditumis dengan irisan daging sapipun rasanya segar dan gurih. Lumuran saus yang asam gurih segar menambah kelezatannya. Disantap dengan nasi putih yang wangi dan pulen, sungguh lezat menggoyang lidah!

Suka makan masakan Thailand ? Saya agak jarang mencicipi makanan negeri gajah putih ini, sebab masakan Thailand kan terkenal
pedas. Saya kurang terlalu suka dengan pedas. Suati hari teman kantor memberi info masakan Thailand yang lumayan enak dengan harga terjangkau. Namanya Blue Elephant, di FX Plaza lt F2 no 3.

Akhirnya Sabtu siang saya mengajak suami dan keluarga mampir ke resto itu. Namun, kami belum beruntung karena resto penuh, sementara beberapa orang yang sudah duduk pun belum dilayani. Lagi pula tempatnya memang kecil dan sempit. Tersedia tempat di teras luar resto tetapi terasa kurang nyaman.

Seminggu kemudian saya kembali mengajak suami mampir, kebetulan itu hari Sabtu, dan waktu menunjukkan pukul 11 sehingga kami langsung dapat tempat. Melihat deretan nama di daftar menu saya langsung tergiur. Terutama karena perut lapar dan semuanya terlihat menggoda! Akhirnya kami memesan bebek goreng (ped ma kam), sayur kailan daging sapi (Neahphd knar nman hy) dan tom yum goong yang sudah sangat terkenal.

Bebek goreng disajikan dalam bentuk paha bebek yang cukup besar untuk berdua, digoreng garing tapi empuk. Dikelilingi oleh saus berwarna coklat yang rasanya asam dan segar seperti mangga. Aduh enaknya, perpaduan yang pas. Baru kali ini saya menemukan bebek enak saingan bebek goreng Suryo.

Lalu kailan tumis, rasanya renyah enak, empuk, tidak pahit. Potongan daging sapinya cukup besar banyak serta empuk. Disiram saus berwarna coklat juga, tetapi yang ini rasanya gurih. Hmmm sangat segar dan gurih!

Sop tom yam goong disajikan dalam mangkuk kecil untuk satu porsi. Berisi seafood: udang, kerang, dan cumi. Kuahnya asam pedas gurih dengan aroma serai dan daun jeruk yang wangi menggelitik hidung! Sup inipun tuntas oleh kami berdua. Rasanya kami bakal kembali lagi dan lagi ke resto ini.

Untuk harga, rasanya sebanding dengan kualitas dan rasanya yang enak. Bebek dihargai Rp.65.000, kailan daging sapi Rp. 25.000.00, tom yam Rp. 25.000, 00 dan ditambah minuman plus nasi putih, saya membayar sekitar Rp 191.000,00 Agaknya sekali ini saya benar-benar jatuh hati dengan makanan Thailand.

Blue Elephant
FX Plaza lt F2 no 3.
Jl. Jend. Sudirman
Telp: 021 25554021.

(dev/Odi)

Atmosfer Bali di Sudut Jakarta

DONA/KOMPAS.COM

Senin, 20 Oktober 2008 | 18:05 WIB

Bali memang menyimpan sejuta pesona. Tak hanya keelokan alamnya, kuliner Pulau Dewata tak kalah menggairahkan. Ada bebek betutu, sate lilit, hingga lawar.

Untuk bisa menikmati semua itu, tak perlu jauh-jauh ke Bali. Di Jakarta, Le Seminyak, restoran yang kental dengan nuansa Bali dalam interiornya, hadir memanjakan lidah para pecinta masakan Bali.

Dengan menggandeng juru masak andal, Nyoman Lother Arsana, berbagai makanan tradisional Pulau Dewata diolah menjadi masakan Bali modern tanpa meninggalkan ciri khasnya. Lother adalah penulis buku The Food of Bali, Authentic Recipes From the Island of the Gods bersama Heinz von Holzen.

Bebek betutu yang aslinya dimasak selama lima jam di wadah tanah liat dan dibakar, cukup dimasak dalam oven dengan api kecil sehingga daging bebek tetap lembut dan berair.

Selain itu, masih ada makanan tradisional Bali lainnya yang tak kalah ciamik untuk dicoba. Ada salad tuna, tumis pucuk labu, udang bakar, ikan bakar jimbaran, ayam pelalah, plecing kangkung, dan sambal matah.

Ambience yang disajikan Le Seminyak juga merupakan keindahan tersendiri untuk dinikmati. Pengunjung seakan dibawa ke alam Bali yang kental dengan nuansa tradisional. "Kami memang ingin menghadirkan suasana Bali di tempat ini. Jadi, pengunjung serasa di Bali," kata Novi Kusuma, pemilik restoran, beberapa waktu lalu.

Interior yang didominasi dengan warna tanah berpadu apik dengan patung-patung penari legong, kayu-kayu jati bekas rel kereta, dan alunan musik Bali mampu menambah nyaman suasana. Restoran dengan kapasitas 135 orang di Pacific Place itu dapat menjadi pilihan yang pas untuk menghindar sejenak dari riuhnya ibu kota.

Salero Kito Itiak Lado Mudo

Rabu, 09/09/2009 16:51 WIB
Buka Puasa Enak

Devita Sari - detikFood

Jakarta - Gulai itiak lado mudo ini merupakan salah satu pengobat rindu makanan khas Minang yang paling dicari saat ramadhan. Dagingnya memakai bebek muda empuk plus siram gerusan cabai keriting hijau yang dijamin membuat keringat berlelehan. Mau?



Bosan berbuka puasa dengan menu ala Timur Tengah? Kali ini tak ada salahnya kembali berbuka puasa dengan makanan bercitarasa lokal. Itiak Lado Mudo atau yang biasa dikenal dengan Itik Cabai Hijau ini mungkin bisa jadi pilihan menu berbuka yang mengundang selera.

Itiak Lado Mudo merupakan masakan khas dari Bukittinggi, ranah Minang. Masakan ini memakai bahan dasar berupa bebek (itik) muda yang diberi gerusan cabai keriting hijau beserta bumbu lainnya. Bisanya itiak lado mudo sering dijumpai di rumah makan Minang apalagi di saat bulan ramadhan.

Rumah makan cukup kesohor dengan itiak lado mudonya adalah rumah makan Nasi Kapau Uni Upik dan Nasi Kapau Sabhana. Kedua rumah makan ini terletak di Jl.Kramat Raya di Senen. Daging bebeknya empuk dan cabai hijau keritingnya benar-benar nendang pedesnya, apalagi saat dinikmati bersama dengan nasi putih hangat.

Nah, buat mereka yang nanti sore ingin berbuka puasa dengan Itiak Lado Mudo yang nikmat pedasnya ini bisa langsung meluncur ke tempat-tempat berikut ini. Hitung-hitung bisa sebagai pengobat rindu sebelum pulang ke kampuang halaman nanti!

Nasi Kapau Uni Upik & Nasi Kapau Sabhana
Pasar Kaget Minang
Sepanjang Jl. Kramat Raya
Jakarta Pusat

RM Bopet Mini
Jl. Bendungan Hilir
Pasar Bendungan Hilir, Lt Dasar
Tanah Abang, Jakarta Pusat
Telp: 021-5700282

Jajanan Pasar Benhil
Pasar Bendungan Hilir
Jakarta Pusat ( dev / Odi )

Bebek Ginyo, Bebeknya Si Mbah


Minggu, 6 Juli 2008 | 09:44 WIB

dari http://www.kompas.com

Di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, di tepi Jalan Casablanca, tepatnya di Jalan Tebet Utara Dalam, ada tempat tongkrongan baru. Keramaian di tempat itu mulai menggeliat pada tahun 2007. Sejumlah distro, kafe, serta tempat makan berdiri dan menjadi tujuan wisata nongkrong pada akhir pekan. Jalanan yang dulu sepi kini padat oleh kendaraan yang parkir di pinggir jalan.

Di sepanjang jalan ini ada tempat makan yang ramai jadi perbincangan dari mulut ke mulut dan diskusi dari milis ke milis. Namanya Bebek Ginyo. Tempat makan ini tiba-tiba populer. Padahal, restoran ini baru dibuka pada Mei 2007. Pasti ada yang istimewa di sana.

Suatu malam akhir pekan saya menyempatkan diri mengunjungi tempat makan ini. Hari sudah gelap. Tidak sulit mencari lokasi Bebek Ginyo karena Jalan Tebet Utara Dalam terletak di sisi Jalan Casablanca di samping SMP 115. Betul kata orang, ruas jalan itu ramai sekali. Di sisi jalan kanan dan kiri penuh motor dan mobil diparkir. Plang besar betuliskan Nasi Bebek Ginyo mencolok di sisi kiri jalan. Halaman parkir yang kecil di depan rumah makan itu penuh. Mobil dan motor berbagi tempat berdesakan. Di halaman depan, di sisi kanan, para pengunjung tampak berderet antre untuk mendapatkan menu bebek. Saya ikut bergabung dalam antrean itu.

Rumah makan Bebek Ginyo merupakan resto siap saji dengan layanan self service. Para pengunjung dipersilakan mengambil sendiri sesuai kebutuhan perut masing-masing. Ada nasi uduk dan nasi biasa. Silakan ambil sepuasnya. Banyak atau sedikit harganya sama hanya Rp 4.000. Selanjutnya, lima pilihan bebek tersedia di sebuah etalase kaca yang terbuka. Silakan pilih mana yang Anda suka: bebek goreng kremes, bebek goreng, bebek bakar, bebek balado, dan bebek cabai hijau. Ada juga menu tambahan lain, seperti tahu, tempe, dan botok bebek. Saya memilih bebek cabai hijau.

Selanjutnya, di meja berikutnya, di ujung antrean, sebelum kasir, terdapat deretan lalapan, sambal, dan aneka minuman. Ada dua macam sambal, sambal mangga muda dan tentu saja blendo bebek berwarna kehijauan. Blendo bebek dibuat dari campuran minyak bebek, santan kental, dan sejumlah rempah. Rasanya gurih.

Di Bebek Ginyo para pencinta bebek tidak hanya dimanjakan oleh ragam menu bebek, tapi juga diajak kembali ke masa lalu. Rumah makan ini didesain dengan nuansa jawa tempo doeloe. Masuk ke ruang makan di dalam rumah kita disergap oleh kekunoan. Di dalam ruangan berjejer meja makan dan kursi yang terbuat dari kayu jati besar-besar. Di dindingnya bertebaran aneka poster iklan jadoel (jaman doeloe). Ada poster rokok ”Kris” yang menampilkan lukisan seorang perempuan dengan sebatang rokok di tangannya. Ada potret kusam keluarga besar yang bediri di depan rumah. Mereka mengenakan beskap, jarik, lengkap dengan blangkon di kepala. Di sudut ruangan berdiri sebuah gong besar. Sementara itu, di langit-langit berputar kipas angin kayu. Ada juga telepon engkol dan radio tua terpajang di ruangan itu. Tempat makan ini seperti sebuah museum mini.

Tapi, orang ramai datang ke tempat ini tentu bukan karena ingin melihat barang-barang antik. Bebeknya empuk, gurih, dan tidak amis. Tulang dan dagingnya langsung bercerai ketika ditarik. Cabai hijau yang melumuri daging bebek tidak terlalu pedas. Dipadu dengan sambal mangga serut dan blendo daging bebek bergoyang-goyang di lidah saya.

Berapa ”kerusakan” isi dompet Anda makan di tempat ini? Jauh dari mahal. Semua jenis bebek harganya hanya Rp 14.000. Di warung-warung pecel bebek yang banyak dijumpai di trotoar Jakarta dengan daging bebek yang sering alot Anda harus merogoh kocek lebih kurang sama.

Bebek Ginyo hanya bisa dijumpai di Tebet karena memang belum membuka cabang. Ibu Kardjono, wanita setengah baya si empunya warung, mengatakan, ia dan suaminya masih mencari tempat untuk membuka cabang baru nasi bebek ini. Warung ini adalah usaha tempat makannya yang kesekian setelah sebelumnya kurang sukses membuka warung makan dengan menu yang lain. Nama Ginyo yang diambil sebagai ”judul” bebeknya rupanya nama orangtua Pak Kardjono, suaminya. Tapi, Mbah Ginyo yang sekarang sudah almarhum bukan penjual bebek. Ia pembuat keris di Yogyakarta. Namanya membawa berkah ketika disandingkan dengan bebek.

___________________________
Jalan Tebet Utara Dalam Nomor 12
Tebet
Jakarta Selatan
Tel (62-21) 829 2343

Harga Rp 4.000–Rp 14.000
Jam Buka : Pukul 11.00–22.00

MBK

Dibuat Jatuh Hati Pada Mi Bebek Mamie


Kamis, 30/07/2009 15:39 WIB

Devita Sari - detikFood

Jakarta - Mi yang satu ini asli buatan sendiri. Bentuknya kecil-kecil pipih, lentur, dan tak lengket saat disantap. Siraman kuahnya tidak terlalu gurih dengan irisan bebek yang ditaruh di atas mi. Kulit si bebek panggang terasa crispy , dagingnya cukup tebal lagi empuk. Buat penggemar mi siap-siap dibuatnya jatuh hati!

Sewaktu diajak untuk makan mie bebek ke rumah makan ala rumahan ini sebenarnya saya agak ragu. Maklum saja tak banyak resto besar yang menyajikan mi bebek rasanya bisa diacungi jempol. Hmm... apalagi rumah makan ala rumahan seperti ini. Ya, begitulah kira-kira pikiran yang terbesit dalam benak saya sebelum berkunjung ke 'Mie Mamie'.

Patokan alamat yang saya dapatkan dari teman, letak tempat ini berada di dekat sekolah Al-Ikhlas, Cilandak. Setelah sempat bertanya beberapa kali, akhirnya saya pun berhasil menemukan Jl. Gaharu 4. RM 'Mie Mamie' menempati bangunan garasi yang disulap menjadi tempat makan. Ternyata tak hanya di garasi, meja-meja plus kursi sederhana tempat pengunjung bersantap juga ditata hingga ke bagian dalam rumah.

Setelah membolak balik buku menu yang berupa selembar kertas merah, selain mi bebek, mie yamien, mi kepiting, ifumi, dan bihun, di rumah makan ini juga menawarkan menu lainnya. Sebut saja cap cay, aneka nasi goreng, fu yung hai, hingga bebek panggang yang dijual 1/8, 1/4 hingga 1 ekor utuh. Pilihan saya jatuh pada menu andalan rumah makan ini yaitu mi bebek, pangsit goreng, dan jus jambu sebagai pelepas dahaga.

Mi bebek disajikan tak lama kemudian beserta dengan pelengkap lainnya. Kuah kaldu disajikan dalam mangkok mungil terpisah beserta dengan saus hoisin dalam wadah mungil. Minya disajikan dalam mangkok putih plus dengan taburan daun sawi dan 5 iris daging bebek yang terlihat menggiurkan.

Sebelum mencicipi mi, saya pun mencicipi si bebek yang sedari tadi sudah menggoda. Saya mengambil seiiris daging bebek menggunakan sumpit dan mencelupkan setengah bagian ke dalam saus hoisin. O ya, saus hoisin ini memang sering digunakan dalam masakan Cina sebagai pelengkap hidangan daging bebek dan hidangan daging panggang lainnya.

Gigitan pertama hmm... kulit bebek yang crispy bercampur dengan daging bebek yang empuk, sehingga saya pun tak kesulitan saat mengunyahnya. Nyam nyam... enak! Setelah mengaduk mi dengan sambal dan guyuran sedikit kuah kaldu yang rasanya tak terlalu gurih, mi pun siap untuk disantap.

Dilihat dari teksturnya mi yang berwarna kuning kecokelatan ini memang sudah tampak menggiurkan. Bentuknya kecil-kecil, pipih, lentur dan juga lembut, saat dikunyah mi tidak terasa lengket dan meluncur mulus di tenggorokan. Menurut sang pelayan mi mamie ini dibuat sendiri dan bebas bahan pengawet. Wah saya pun langsung dibuat jatuh hati dengan mi bebek racikan rumah makan ini.

Rasa pangsit rupanya juga tak kalah dengan pangsit buatan resto mi terkenal yang pernah saya cicipi. Seporsi pangsit seharga Rp 9000,00 ini terdiri dari 5 buah pangsit yang disajikan bersama saus khas mamie. Kulit pangsitnya tipis berwarna kecokelatan, rasanya renyah lembut dengan kejutan daging yang ada ditengah-tengah pangsit. Saat digigit kresss... renyah-renyah enak dengan cocolan saus khas yang asam manis pedas.

Untuk meredam pedasnya sambal saya pun membilasnya dengan segelas jus jambu yang menyegarkan. Yang saya suka rasa jusnya tak terlalu manis dan fresh membilas tenggorokan. Seporsi mi bebek yang lezat ini dihargai Rp 27.000,00, pangsit goreng Rp 9000,00 dan jus jambu Rp 13.000,00. Buat penggila mi atau bebek panggang, pokoknya siap-siap dibuat ketagihan mi mamie!

Mie Mamie
Jl. Gaharu 4 No.6A Cilandak
Jakarta Selatan
Telp: 70737777/7694817
Jam Buka: 08.30 - 21.00
(Melayani delivery order)

(eka/Odi)

Nikmatnya Begor 'Warung Berseri'

Senin, 07/12/2009 16:19 WIB

Alvijanti R - detikFood

Jakarta - Nama: Alvijanti R.
Email: alvijanti.r@gmail.com

Hidangan bebek memang sudah semakin populer dan mudah dicari. Salah satunya adalah 'Warung Berseri' ini. Bebeknya disajikan ala penyet dengan colekan sambal yang pedas mengigit. Dijamin membuat wajah turut berseri-seri setelah menikmatinya!

Lelah dan lapar setelah tuntas rapat di kantor jam 21.00 malam, saya memutuskan mampir ke Bendungan Hilir (Benhil) untuk mengisi perut sebelum pulang. Sederhana saja alasannya, karena di Benhil tersedia aneka pilihan makanan dengan harga beragam. Awalnya berniat makan di RM Surya, sayangnya begitu sampai di sana para pelayan malah sedang membereskan display makanan alias mau tutup.

Kecewa jelas, apalagi perut semakin memberontak minta diisi meskipun sejujurnya selera makan mulai menurun karena telah lewat jam makan malam. Langsung balik badan, menatap di seberang jalan ada warung kaki lima yang menjajakan pecel lele, ayam dan sebagainya.

Tanpa berpikir lagi, saya bergegas ke sana, mencari tempat duduk dan memesan nasi, paha bebek plus tahu goreng dan segelas jeruk panas. Sambil menunggu, saya mengudap sebungkus krupuk bawang warna-warni yang teksturnya sedikit bantat (favorit banget nih).



Malam semakin larut, namun pengunjung terus berdatangan memesan menu ini dan itu. Baru menghabiskan setengah bungkus krupuk pesanan pun datang. Bebek dan tahu goreng disajikan ala penyet di atas sambal dalam cobek tanah liat, dilengkapi dengan lalap daun kemangi, kol, dan tiga iris ketimun. Tentunya bersama nasi putih bertabur bawang goreng. Benar-benar tampilan khas warung pecel lele di mana-mana.

Setelah menyeruput jeruk panas, perlahan saya mulai mencuil si bebek. Aduh, ternyata panas banget. Terpaksa diganti dulu dengan tahu goreng yang langsung dicolek dengan sambal. Tahunya empuk dan gurih, mirip dengan tahu yun yi dari Bandung. Sambalnya enak, perpaduan cabe rawit merah, bawang dan tomat yang digoreng sebentar, dicampur dengan kemiri dan terasi dan baru diulek saat pesanan tiba. Rasanya pedas dan segar karena asam tomat yang samar.

Usai menghabiskan tahu, barulah saya kembali menjelajah bebek goreng. Berukuran cukup besar, digoreng kering dan tidak berminyak, tetapi bagian dalam masih lembab. Sepertinya menggunakan bebek setengah tua, bukan apkiran. Yang membahagiakan saya karena bebek ini tidak dipresto, sehingga masih menyisakan kekenyalan daging bebek yang khas. Terus terang, saya memang tidak terlalu suka dengan masakan daging unggas yang presto. Meskipun waktu masak jauh lebih singkat, tapi rasa dan tekstur makanan menjadi kurang mantap.

Back to bebek. Dengan bumbu yang meresap ke daging rasanya memang sesuai selera saya, gurih karena bumbu minimalis, ketumbar dan sereh. Soalnya bau amis bebek? Lupakan deh, tidak tercium sama sekali. Perlahan tapi pasti, saya menghabiskan seporsi bebek goreng dengan nikmat, menandaskan daging dan sambal sampai tidak bersisa lagi.

Kini yang tertinggal hanyalah perut kenyang dan rasa kantuk mulai menjelang. Terkejut mendengar harga yang harus dibayar, hanya Rp 15.000,- untuk seporsi nasi bebek goreng, Rp 3.000,- segelas jeruk panas dan Rp 1.000,- masing-masing untuk tahu goreng dan krupuk bawang.

Sejak malam itu, tempat ini menjadi salah satu top list makanan favorit saya. 'Warung Berseri' namanya, entah apa maksudnya, mungkin berharap setiap pengunjung akan selalu berseri-seri setelah menikmati makanan yang enak dengan harga yang terjangkau.

Warung ini mulai jam 18.00 WIB, waktu yang tepat untuk makan di sini adalah setelah jam 20.30 WIB. Pastinya karena saat itu arus kendaraan di Jl. Benhil Raya mulai menurun, sehingga polusi asap kendaraan tidak terlalu mengganggu kenyamanan pengunjung.

Warung Berseri
Jl. Benhil Raya
Jakarta
Jam Buka: Mulai pukul 18.00

(dev/Odi)

Sabtu, 12 Desember 2009

Ayam Pengemis, Dari Jalanan Menuju Istana

Kamis, 10 April 2008 | 15:35 WIB

dari www.kompas.com

Setiap makanan punya cerita. Seperti Ayam Pengemis, yang saya santap minggu lalu di Shang Palace, Shangri-la, Jakarta. Makanan khas tradisional dari China ini adalah menu baru yang disajikan di restoran oriental itu.

Ayam pengemis atau Beggar's Chicken adalah ayam yang sarat dengan rempah-rempah China. Cara pembuatannya juga melalui proses yang cukup panjang. Setelah direndam dalam aneka bumbu tadi, ayam lalu dibungkus dengan plastik (untuk menjaga kuah tetap terjaga), kemudian dibungkus dengan daun teratai utuh dan dilapisi lagi dengan aluunium foil.

KOMPAS.COM/ANGELINA
Ayam Pengemis, dalam balutan adonan roti yang dipanggang selama 2 jam


Setelah itu, ayam dimasukkan dalam adonan roti keras yang dibuat khusus lalu dipanggang selama dua jam, agar bumbu meresap hingga ke dagingnya dan juga agar tulang-tulang ayam ikut melunak.

Siang itu, ayam disajikan dengan cantik, tidak seperti pengemis. Tetapi dalam adonan roti yang berbentuk ayam. Untuk menyantapnya, saya juga harus menunggu dengan sabar.Karena sebelum sampai ke ayam pengemis, pramusaji harus mengiris roti terlebih dahulu, kemudian, membuka alumunium foil dan lapisan-lapisan lainnya hingga sampai ke masakan yang sesungguhnya, si pengemis.

Sementara pramusaji asyik membuka lembaran demi lembaran itu tadi, aroma khas rempah-rempah China singgah di hidung saya. Harum, Perlahan, terlihat jamur hitam, ke ci, penyedap daging ayam yang berwarna coklat pucat. Juga terlihat kuah hasil panggangan ayam dan rempah-rempahnya.

Ayamnya terasa lembut dengan aroma harum yang menyertainya. Kuahnya juga sedap, tida k terlalu manis dan gurih. Kalau dibandingkan dengan masakan Indonesia, saya jadi teringat ayam semur. Yah, serupa tetapi tak sama.

Kisah Ayam Pengemis

Sejarah ayam pengemis juga menarik untuk ditelusuri. Suatu hari, seorang pengemis di China sedang asyik membakar ayam yang ia curi dan dibungkus dalam tanah liat.

Aroma kelezatannya tercium oleh dua orang pengawal Kaisar yang memang sedang mencari makanan untuk tuannya.

Saat itu, Kaisar sedang berjalan-jalan secara rahasia. Di tengah perjalanannya, ia merasa lapar dan meminta pengawalnya untuk mencari makanan. Akhirnya, sang pengawal pun membeli masakan dari si pengemis itu. Namanya, Ayam Pengemis.

Setelah itu, ayam dalam bongkahan tanah liat diserahkan kepada Kaisar. Ternyata, kaisar sangat menyukai masakan si pengemis itu. Lalu, ia bertanya apa nama masakan tadi dan dijawab oleh pengawal, Ayam Kemakmuran.

Sang Kaisar lalu meminta para pengawalnya untuk mencari resep agar bisa memakan masakan serupa di Istana. Tetapi, sayang, ketika pengawal kembali ke tempat mereka membeli, si pengemis telah pergi.

Dengan perasaan was-was, akhirnya pengawal mengaku kalau sebenarnya, masakan itu bernama ayam pengemis, bukan ayam kemakmuran. Mereka juga tidak mampu menemukan resepnya. Mendengar hal itu, sang kaisar tidak marah. Sebaliknya, ia tertawa ketika menyadari dirinya telah menyantap masakan pengemis.

Akhirnya, ia pun memanggil koki istana, menceritakan detil masakan yang ia santap dan meminta dibuatkan menu yang sama. Jadilah menu yang mirip dengan menu yang ia temukan di jalanan. Hanya saja, di istana dikenal dengan sebutan Ayam Kemakmuran (Prosperous Chicken). Resep ini kemudian diwariskan secara turun-temurun dan dapat dijumpai di beberapa restorang China Kanton.

Di Shang Palace, karena pembuatannya cukup rumit. maka pengunjung harus memesan terlebih dahulu dua hari sebelumya untuk dapat menikmatinya.

Begitulah, kisah ayam pengemis, dari jalanan menuju istana....

"Tersengat" Bebek Goreng Madura


Senin, 16 Maret 2009 | 07:12 WIB
KOMPAS.com - Menu makan siang paling cocok di musim hujan mungkin makanan yang berkuah panas dan berasa pedas. Namun ada juga makanan pedas tanpa kuah yang bisa menjadi menu alternatif dalam cuaca dingin. Salah satunya adalah bebek goreng dengan rasa pedas yang ‘menyengat’.

Makanan itu antara lain bisa dijumpai di warung milik suami-istri Achmad Subad dan Satimah di Jalan Ahmad Yani, Pekayon, Bekasi Selatan. Sang empunya menamainya Rumah Makan Ella, tapi pelanggan setianya menamai warung tersebut Warung Bebek Goreng Pekayon.

Bagi warga Jakarta yang ingin mencoba makanan yang beda dari biasanya itu bisa meluncur menuju ke arah Bekasi. Rumah makan tersebut terletak tidak jauh dari Pintu Tol Bekasi Barat. Dari pertigaan Mega Bekasi Hypermall berbelok ke kanan menuju arah Pekayon.

Di warung tersebut menu makanan yang disajikan memang terbilang minimalis. Hanya tersedia nasi dan lauk daging bebek yang digoreng dengan gilingan cabai rawit, bawang dan garam. Saat disajikan bebek goreng tersebut berwarna cokelat karena sudah terlebih dahulu dibakar. Sementara cabai dan bawang yang dicampur dengan bebek bisa dijadikan saus atau sambal.

Meski minimalis, nasi bebek buatan Achmad Subad dan Satimah termasuk banyak penggemarnya. Terbukti setiap hari warung itu selalu dipadati pengunjung.

Dibakar dulu
Ditemui di warungnya belum lama ini, Achmad Subad menuturkan bahwa bebek goreng buatannya berasal dari resep nenek moyangnya di Bangkalan, Madura. Bumbu masak yang digunakan juga terbilang minimalis, hanya cabai rawit, garam, dan bawang, tanpa bumbu penyedap dan semacamnya.

Meski demikian, menurut Satimah, pengolahan bebek goreng buatannya tidak sesederhana bumbu masakan yang digunakan. Bebek sebagai bahan utama masakan dibakar terlebih dahulu dengan kayu bakar. Selanjutnya bebek yang sudah setengah matang itu dipotong-potong dan direbus selama dua jam. ”Setelah direbus baru bebek tersebut digoreng,” ujarnya.

Dikatakan Satimah, saat menggoreng daging bebek tersebut barulah seluruh bumbu dimasukkan, seperti cabe rawit dan bawang yang sudah digiling, serta ditaburi garam. ”Bebek digoreng dengan minyak selama satu jam hingga rasa pedas dan asin tercampur ke dalam daging,” ujarnya. (MUR)

Kamis, 10 Desember 2009

Restoran Bebek Bengil


Rabu, 28 Oktober 2009 10:48 WIB

dari www.mediaindonesia.com

Perjalanan menarik Ubud kurang lengkap tanpa kehadiran restoran Bebek Bengil. Tempat ini perlu Anda singgahi, karena terdaftar diurutan pertama lokasi kuliner Ubud, Bali dengan menu khas bebek sawah. Bengil berarti kotor. Wajar saja jika bebek yang dipakai berasal dari sawah yang identik tidak bersih.

Meski demikian kelezatan daging bebek yang sudah diolah tangan-tangan ahli sang pemilik restoran mampu menggiurkan selera makan Anda. Di dalam restoran juga tersedia Bale Bengong yang dikelilingi kolam teratai yang indah.

Kenikmatan hidangan Bebek Bengil belum lengkap tanpa sambal matah yang khas dan andalan Bali. Beberapa potongan cabai, bawang merah dan tomat yang disirami minyak kelapa asli atau minyak letik mampu menghasilkan sambal tersebut. Untuk menikmati hidangan Bebek Bengil, Anda cukup merogoh kocek sekitar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu.

Alamatnya cukup mudah. Jika Anda melintas di Jl. Hanoman, Padang tegal, Ubud, disitulah Restoran Bebek Bengil ternama berada. Selamat berkuliner ria! (tamasya/rmb)

Bebek Tunjungan, Makanan Cepat Saji Serba Bebek

Friday, 11 January 2008

Selama ini orang hanya mengenal bebek bakar dan bebek goreng. Tetapi dengan kreativitas Nasi Bebek Tunjungan, konsumen kini bisa menikmati pepes bebek atau bebek karamel


Russanti Lubis

Sejak beberapa tahun terakhir ini, Jakarta khususnya, diserbu oleh restoran cepat saji bermenukan ayam goreng. Bahkan, beberapa tahun sebelumnya, rumah makan yang menyediakan ayam goreng dengan bumbu tradisional, telah merambah Kota Metropolitan itu. Hal ini menggelitik Rouf Estianda, penggemar berat makanan bermenukan bebek, untuk membuka restoran yang branding-nya secepat ayam, tapi tentu saja bukan ayam atau lele.

“Kalau saya memilih ayam atau lele, pasti akan kalah dengan berbagai resto yang menyajikan menu ayam, khususnya. Saya pasti akan kemakan merek mereka. Akhirnya saya memilih bebek, dengan pertimbangan banyak orang yang suka bebek, tapi resto bebek yang enak dan branding-nya sekuat ayam masih jarang ditemui. Bebek biasanya alot dan amis. Dengan pertimbangan itulah, saya menciptakan bebek yang seempuk, seenak, dan se-familiar ayam dengan membuka Nasi Bebek Tunjungan (NBT) pada Desember 2006,” katanya.

Di sisi lain, ia juga ingin menggeser pengertian bahwa rumah makan bebek hanya menyediakan bebek goreng dan bebek bakar, mentok-mentoknya bebek balado. Padahal, saat ini, seiring dengan makin banyaknya resto bebek, makin banyak pula menu bebek yang disajikan, seperti pepes bebek atau bebek karamel. “Kami ingin menekankan bahwa inilah restoran bebek di mana para penggemar bebek dapat menikmati macam-macam masakan berbahan dasar bebek, seperti Bebek Ginseng yang khas Korea, Kebuli Bebek yang berbau Timur Tengah, atau Bebek Cobek yang bernuansa Sunda. Intinya, meski cuma digoreng, tapi bebek kami disajikan dengan rasa yang berbeda-beda,” ujar Direktur Utama NBT ini.

Pada awalnya, NBT yang dibangun dengan modal Rp500 ribu hingga Rp700 ribu dan gerobak pinjaman, tidak cukup mudah untuk bisa berdiri tegak di tengah masyarakat yang ayam goreng minded, meski saat itu juga belum banyak yang bergerak di usaha bebek goreng. “Dengan tiga ekor bebek atau sekitar 15 hingga 18 porsi (normalnya 12 porsi, red.) hanya laku 10 porsi/hari dengan harga Rp6 ribu/porsi,” katanya. Tapi, sekitar dua atau tiga bulan kemudian, terjadi peningkatan menjadi 10 hingga 20 bebek.

Hal ini, mendorong seseorang untuk mengajak kerja sama dengan membuka restoran. Maret 2007, warung di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, ini pun dipindahkan ke kawasan Tebet, Jakarta Selatan, dalam bentuk rumah makan, dengan modal Rp60 juta. “Sekarang kami memiliki empat cabang dan total menyembelih 200 sampai 300 bebek per hari,” lanjut Rouf yang menggunakan bebek Biang dari Purworejo, Jawa Tengah, dan berumur setengah tua, dengan alasan meski kecil tubuhnya tapi tebal dagingnya ini.

Perkembangan yang cukup pesat ini, terjadi berkat dukungan marketing dan promosi yang gencar. Seminggu sekali NBT menyebarkan brosur. Di samping itu, juga menjalin hubungan baik dengan media dan selalu melakukan perbaikan. “Setelah tutup buku, setiap akhir bulan, kami melakukan evaluasi baik dari masakan maupun sumber daya manusia (SDM).

Hampir setiap bulan, kami mengeluarkan menu baru, seperti Agustus lalu kami memperkenalkan Bebek Bakar Bumbu Rujak dan Es Beras Kencur. Sedangkan, di bulan ramadhan ini, kami menyediakan paket katering ramadhan dan takjil (makan bersama di bulan puasa, red.) gratis. Untuk SDM-nya, seminggu sekali kami melakukan update dan upgrade,” ucapnya.

NBT juga ditata dengan konsep laiknya restoran cepat saji yaitu dengan memenuhi pesanan konsumen hanya dalam waktu tiga hingga lima menit. Hal ini, dilakukan mengingat pelanggan utamanya adalah para karyawan kantor di Tebet dan sekitarnya. “Pada umumnya, mereka bukan orang-orang yang sabar menanti, karena keterbatasan waktu makan mereka,” jelasnya.

Tapi, dalam perkembangannya, NBT juga menjadi home resto. Sebab, pelanggan yang tinggal di kawasan yang cukup jauh dari NBT pun ikut nimbrung, meski hanya di akhir pekan. Tak pelak, omset pun meningkat dari Rp60 ribu/hari menjadi antara Rp85 juta sampai Rp90 juta per bulan untuk setiap outlet.

Kini, resto bebek telah tumbuh bak cendawan di musim hujan dan semuanya tidak pernah sepi pembeli. Otomatis, hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat. Agar tak tergilas, NBT ― yang juga menyediakan sambal-sambal khusus sebagai padu padan menu bebek yang ada, seperti Sambal Pencit (sambal mangga muda) untuk Bebek Bakar, Sambal Dadak (sambal yang langsung diulek di tempat, red.) untuk Bebek Goreng, Sambal Tomat untuk Bebek Cobek, Sambal (cabai) Hijau untuk Bebek Hijau, dan sambal biasa untuk Bebek Ginseng ― menggenjot para marketer-nya agar bekerja lebih keras, memberi berbagai paket diskon, dan menjalankan personal marketing sehingga setiap pelanggan dikenal baik oleh karyawan NBT.

Untuk pesan antar, NBT yang harga per porsinya Rp11.500,- sampai Rp18.000,- untuk makanan dan Rp5.000,- hingga Rp10.000,- untuk minumannya, tidak membebankan ongkos di mana pun pemesan berada. “Kami hanya membebankan minimum order sebesar Rp30 ribu sampai Rp100 ribu,” katanya.

Selain itu, Rouf juga menambah ilmu dari buku-buku marketing. “Di buku-buku itu, dikatakan bahwa salah satu cara untuk memenangkan persaingan yaitu dengan selalu menciptakan menu baru,” ujarnya. Sedangkan untuk memperluas pemasaran, NBT yang menjadi langganan tetap para karyawan di DPR, BPSI, Polda Metro, Electrolux, Mabes Polri, dan BCA ini, akan membuka cabang yang kelima serta merambah Bekasi, Depok, Sumatera Utara, dan Yogyakarta baik dalam bentuk kerja sama bagi hasil maupun waralaba, pada tahun 2008.

Melihat kondisi ini, unggas yang oleh sebagian anggota masyarakat kita masih dianggap sebagai sumber makanan yang amis, alot, dan menjijikan ini, ternyata sangat prospektif dari segi bisnis. Rouf dan Nasi Bebek Tunjungannya telah membuktikan hal itu. Tidakkah Anda ingin berbisnis di ladang yang sama?[www.majalahpengusaha.com]

Strategi Pembibitan Itik Alabio dan Itik Mojosari

Triana Susanti 2003.
Strategi pembibitan itik Alabio dan itik Mojosari = Breeding strategy of Alabio and Mojosari ducks.
Tesis: Master Sains (M Si) Pada Program Studi Ilmu Ternak IPB, 2003


Abstrak:
Ternak itik merupakan salah satu sumber pendapatan tunai bagi keluarga dengan populasi sekitar 26,3 juta ekor. Namun potensi populasi ini belum mampu berperan sebagai sumber pangan andalan, karena produktivitas itik yang relatif rendah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi telur itik adalah perbaikan terhadap mutu genetik melalui seleksi dan atau persilangan. Penelitian ini mencoba
menduga nilai heritabilitas sebagai parameter untuk menduga respon seleksi produksi telur itik Alabio dan itik Mojosari selama dua generasi, dan menduga hasil persilangan terbaik antara dua kelompok itik lokal tersebut.

Materi penelitian adalah catatan performans itik Alabio dan itik Mojosari dari tahun 2000 sampai tahun 2003. Sedangkan untuk menduga program persilangan terbaik antara itik Alabio dan itik Mojosari digunakan catatan tahun 1997 dari 200 ekor itik betina. Pengamatan dilakukan terhadap bobot badan itik umur sehari, umur 4 minggu, umur 8 minggu dan sifat-sifat produksi telur yaitu umur pertama bertelur, bobot telur
pertama, produksi telur 3 bulan dan produksi telur 6 bulan.

Nilai heritabilitas bobot dod itik Alabio dan itik Mojosari masing-masing adalah 565+0,093 dan 0,628+0,154; nilai heritabilitas bobot badan umur 4 minggu
adalah 0,198+0,071 dan 0,197+0,095; nilai heritabilitas bobot badan umur 8 minggu adalah 0,148+0,068 dan 0,245+0,107; nilai heritabilitas bobot telur pertama adalah 0,160+0,098 dan - 0,033+0,150 ; nilai heritabilitas umur pertama bertelur adalah 0,125+0,083 dan 0,200+0,186; nilai heritabilitas produksi telur 3 bulan adalah 0,235+0,087 dan 0,011+0,123; dan nilai heritabilitas produksi telur 6 bulan adalah
0,127+0,088 dan 0,014+0,157.

Respon seleksi produksi telur 6 bulan berdasarkan diferensial seleksi aktual
pada itik Alabio dan itik Mojosari masing-masing adalah 3,8 butir dan 0,6 butir per satu generasi. Sedangkan respon seleksi berdasarkan intensitas seleksi adalah 2,3 butir dan 0,3 butir. Bila diduga per tahun, respon seleksinya pada itik Alabio dan itik Mojosari masing-masing adalah 3,0 butir dan 0,4 butir.

Bila dilakukan seleksi selama 3 tahun, maka pertambahan kumulatif respon seleksi pada itik Alabio adalah 18 butir dan pada itik Mojosari adalah 2 butir. Berdasarkan respon seleksi tersebut tampaknya seleksi pada itik Alabio lebih efektif daripada itik Mojosari. Oleh sebab itu, pada itik Mojosari lebih baik dilakukan persilangan dengan itik Alabio. Hasil persilangan terbaik antara itik Alabio dan itik Mojosari adalah F1 yaitu persilangan antara itik jantan Mojosari dan itik betina Alabio (M x A).

Abstrack: In Indonesia, duck farming plays as an alternative source of income for small farmers with their population about 26,3 million ducks. However, the population that relatively high do not have an important role as source food, because the production of duck farming is still low.

This certainly requires a genetic improvements are by using selection and crossbreeding. This study is aimed to estimate heritability as parameter genetic to estimate response selection, and to estimate the best of crossbred between Alabio and Mojosari ducks.

In order to estimate heritability, record of performance body weight and egg production of Alabio and Mojosari ducks from year 2000 until 2003 have been analyzed using REML and ANOVA. And to estimate the best of crossbred between Alabio and Mojosari ducks were used record their performance in 1997. Observations were taken only during the early growth and the first egg laying.

The estimated heritability values of weight at day old duck (dod) of Alabio and Mojosari ducks were 0,565+0,093 and 0,628+0,154; body weight at 4 weeks were 0,198+0,071 and 0,197+0,095; body weight at 8. weeks were 0,148+0,068 and 0,245+0,107; egg weight at first laying were 0,160+0,098 and - 0,033+0,150; the age at first laying were 0,125+0,083 and 0,200+0,186; 3 month egg production were 0,235+0,087 and 0,011 0,123; and 6 month egg production were 0,127+ 0,088 and 0,014+0,157.

Response selection use diffrensial selection actual to Alabio and Mojosari ducks were 3,8 eggs and 0,6 eggs. And, response to selection use selection intensity were 2,3 and 0,3 eggs. If selection was used continuously for 3 years, so that will result response to selection to Alabio and Mojosari ducks were 18 eggs and 2 eggs. Selection on Alabio duck seems more effective than Mojosari duck. So, Mojosari duck must be crossed with Alabio duck. The best of crossbred were F1 between drakes Mojosari and dam Alabio (M x A).

Selasa, 24 November 2009

Kisi Kisi Beternak Bebek

Written by Indosiar.com, Tuesday, 10 March 2009 11:29

indosiar.com, Brebes - Ini merupakan sentra peternakan itik atau masyarakat disini biasa menyebutnya bebek. Lokasinya di Desa Pakijangan, Kecamatan Bula Kamba, Brebes, Jawa Tengah. Di tempat ini puluhan ribu bebek dipelihara warga setempat, baik untuk diambil dagingnya, maupun dimanfaatkan telurnya menjadi telur asin.

Brebes memang dikenal sebagai pusat penghasil telur asin. Sehingga telur asin menjadi oleh - oleh bagi mereka yang berkunjung ke Brebes. Lokasi peternakan bebek dapat dicapai selama setengah jam perjalanan dari kota Brebes, Jawa Tengah, dengan mengambil arah ke barat, menelusuri jalur Pantura. Sepanjang perjalanan tampak areal persawahan hingga tiba di lokasi.

Desa Pakijangan merupakan pusat peternakan bebek. Didesa ini sedikitnya terdapat dua ratus peternak, dengan puluhan ribu ekor bebek peliharaan. Karena itu bila datang ke desa ini, banyak dijumpai gerombolan bebek yang sedang mencari makan. Melihat begitu banyak bebek berkeliaran, saya jadi tertarik ikut menggiring bebek.

Wah, ternyata asyik juga menggiring bebek. Bila diperhatikan, bebek ini lebih tertib dari pada manusia. Bila berjalan beriringan dengan rapi. Tidak ada yang keluar dari rombongan. Setelah puas menggiring bebek, saya kini ingin menemui pemiliknya. Bebek - bebek ini milik petani yang tergabung dalam kelompok tani ternak itik adem ayem, pimpinan Atmo Suwito.

Beternak bebek tidak sulit, karena hewan ini termasuk kategori penurut. Apalagi bila lokasi peternakannya berada ditepi sungai. Pakan bebekpun mudah didapat. Cukup diberi dedak dengan dicampur hijau - hijauan dan protein ikan.

Pada usia satu setengah bulan seperti ini, anak bebek sangat doyan makan. Karena masih dalam masa pertumbuhan. Bebek mulai bertelur setelah berusia 6 bulan. Masa produktifnya berlangsung hingga berusia dua tahun.

Beternak bebek termasuk menguntungkan. Jika memelihara seribu ekor bebek, setiap harinya dapat diperoleh sekitar tujuh ratus butir telur. Dengan harga telur seribu rupiah per butir, setiap harinya peternak bebek dapat memperoleh pemasukan 700 ribu rupiah.

Selain itu, daging bebek juga banyak diminati. Harga bebek di pasaran, berkisar dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu rupiah per ekor. Kebutuhan telur bebek tidak pernah berkurang. Di wilayah Brebes saja setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 45 juta butir telur bebek, untuk diolah menjadi telur asin.

Sentra pengolahan telur asin bertebaran di Brebes. Salah satunya milik Pak Udin. Dia telah menekuni usaha pengolahan telor asin sejak dua puluh tahun lalu. Disinilah Pak Udin mengolah telur bebek menjadi telur asin. Prosesnya sederhana. Telur bebek mula -mula disortir berdasarkan kwalitas dan ukurannya. Lalu telur dicuci dan digosok dengan abu.

Setelah bersih, telur dibungkus adonan yang merupakan campuran bata merah, garam dan abu. Telur bebek yang telah dibaluri lalu diperam diruangan khusus selama kurang lebih setengah bulan. Disinilah telur bebek diperam hingga menjadi telur asin.

Setelah diperam, telur bebek kemudian direbus hingga matang. Proses perebusan dilakukan selama enam jam. Setiap kali merebus, minimal seribu butir telur. Telur asin yang telah matang kemudian dibawa ke tempat pemasaran, dikios oleh - oleh yang bertebaran di sepanjang jalur Pantura. Dikios ini dapat dijumpai berbagai macam telur asin. Mulai dari telur asin rebus, hingga telur asin bakar.

Telur asin Brebes memang terkenal enak dimakan. Selain lebih gurih, rasanya juga tidak terlalu asin. Bila ingin lebih awet dapat memilih telur asin baker. Yang bisa bertahan hingga setengah bulan.(Helmi Azahari/Dv/Ijs)

Bebek Peking? Mmm.. Crunchy


Fitraya Ramadhanny - detikNews, Selasa, 14/08/2007 13:16 WIB

Laporan dari Hong Kong
Hong Kong - Bebek Peking adalah makanan oriental yang tersohor. Seperti apa sih rasanya? Jadi penasaran. Untunglah rasa pensaran ini dapat terjawab di Hong Kong. Pada Senin (13/8/2007) malam, kami mendatangi Jin Yuen Restaurant di samping City Garden, North Point Hong Kong. Restoran yang lebih elit dari dari restoran Spicy Crab di Wan Chai.

Kami makan bersama dengan David dan Wiwik Lo, bekas TKW yang kini sukses berbisnis di Hong Kong, serta staf Konjen RI. Dengan pelayan berjas, restoran bernuansa warna merah ini berukuran besar dengan belasan meja, atau meja-meja privat yang dilengkapi telvisi. Kami berdelapan termasuk staf Konjen RI Viktor memilih satu meja agak depan. Seafood memang bukan menu utama di sini, melainkan unggas.

Meski demikian, restoran ini menyediakan banyak pilihan termasuk seafood segar juga. Kami memilih makanan yang bukan seafood, setidaknya seafood yang belum kami coba di Spicy Crab. David dan Wiwik Lo yang memiliki perusahaan jasa paket khusus TKI ini, sepertinya memang hobi makan. 8 Menu pun dipilihkan untuk kami. Kami memesan Peking Duck with Lemon Sauce (bebek panggang), Roasted Pigeon (burung dara bakar), Baked Crispy Chicken (ayam panggang), Steam Prawn (udang rebus), Dried Fried Squid With Chili and Salt (cumi goreng tepung), Garoupa with Pickle Sauce (ikan kerapu), cah kangkung, dan bubur kacang hijau dan kacang merah.

Makan malam dimulai dengan udang rebus segar yang ditemani kecap asin. Udang ini benar-benar hanya direbus tanpa bumbu dan baru mendapat rasa dari kecap asinnya, daging udangnya terasa sangat segar. Kemudian datanglah burung dara bakar yang ternyata dagingnya sangat lembut. "Wah di Indonesia dagingnya liat," ujar kawan wartawan yang memang gemar burung dara. Ayam panggangnya pun bercita rasa sama. Belum kami tuntas dengan burung dara, cumi goreng tepung sudah datang. Kecap dan irisan cabe atau garam, menjadi pilihan bumbu pelengkapnya. Rasanya sungguh renyah. Kalau cah kangkung mirip-miriplah dengan yang biasa kita dapatkan di Indonesia.

Akhinya yang ditunggu-tunggu datang. Pelayan restoran membawa meja dorong dengan bebek panggang tersaji matang. Warna coklat keemasan sungguh mengundang selera. Bebek peking panggang dimakan kulitnya karena renyah. Sang pelayan mengiris kulitnya dengan cekatan dan menyajikannya dengan kulit lumpia basah bertabur wijen. Irisan kulit bebek dioleskan ke saus tiram, ditemani potongan panjang ketimun dan lalu dibungkus kulit lumpia.

Mmmmmm.... maknyussss! Lidah kami pun bergoyang. Bebek yang sudah dikuliti kemudian dipotong-potong, lantas dimasak lagi dengan sup berkuah kaldu dan ditemani sayur bhok coy. Sup panas ini sungguh gurih, apalagi jika Anda memang pencinta sayur kerabat cay sim ini. Menjelang perut kenyang, ternyata masih ada lagi ikan kerapu yang direbus dan disajikan dengan kecap asin. Ikan ini hanya dimasak sesaat agar dagingnya tidak menggumpal. Kerapu di Hong Kong dan banyak makanan laut lain, ternyata diimpor dari Indonesia.

"Kepala dan buntutnya harus dihabiskan, ini kebiasaan di sini," ujar Wiwik Lo memaksa kami mengisi ruang perut yang hampir tidak tersisa. Hidangan penutup pun akhirnya disajikan. Bubur kacang hijau dan kacang merah. Saya pilih kacang merah, karena kacang hijau sudah biasa saya makan. Saya tadi membayangkan kacang merah berukuran besar. Namun ternyata ukurannya seperti kacang hijau, namun warnanya merah dan rasanya sama. Kami pun meninggalkan Jin Yuen Restaurant dengan perut kenyang dan lidah yang dimanjakan. Nikmat renyahnya kulit bebek peking terus terbayang hingga kami kembali ke Causeway Bay.(fay/asy)

Yuk, Makan bebek Peking, Nyam... Nyam!

Odilia Winneke - detikFood, Selasa, 21/07/2009 11:36 WIB

Jakarta - Bebek panggang bisa jadi menu makan siang yang komplet. Tak sekedar dagingnya yang empuk dan kulitnya yang renyah. Tulangnya juga bisa disajikan sebagai sup. Jadi pesan 1 bakal dapat 2-3 makanan. Dijamin kenyang dan puas!

Bebek Peking merupakan bebek panggang yang pertama kali dibuat sekitar 600 tahun silam di Beijing, Cina. Bebek panggang ini khusus disajikan untuk kaisar sebagai sajian istimewa dai koki istana. Kini, bebek panggang ini sudah bisa dinikmati orang di seluruh dunia.


Bukan hanya ukurna bebek yang besar dan gemuk, tetapi tampilannya memang sangat menggiurkan. Kulitnya kecokelatan karena sioles bumbu khusus. Setelah dipanggang dalam oven tanah, bebek 'dimandikan' dengan minyak panas dan digantung. Karena itulah kulitnya snagat renyah dan garing.

Saat memesan bebek panggang di restoran, bisa ½ ekor atau 1 ekor, bebek akan ditampilkan minimal dalam 2 sajian. Yang petama, bebek Peking berupa sayatan tipis daging dan kulit bebek yang disajikan dalam pancake diberi irisan daun bawang, timun dan saus hoisin. Menyantapnya tinggal disuap sekaligus ke dalam mulut.

Sisa daging bisa diolah menjadi bebek lada hitam atau bebek bumbu bawang. Tulang-tulang bebekpun bisa dimanfaatkan untuk sajian sup. Karena proses membuat bebek Peking lama maka harganya lumayan mahal. Tetapi Anda tak perlu khawatir, karena bebek panggang Peking ini paling seru jika disantap beramai-ramai. Nah, segeralh pilih salah satu resto bebek Peking berikut ini!

Cosi Hongkong & Macau Café
fx Lifestyle X'enter lantai 2
Jalan Jendral Sudirman
Jakarta
Telp:021-25554050

Sedap Wangi
Belakang Gloria
Pancoran, Glodok
Jakarta

The Duck King
Plaza Semanggi Lantai 3
Jakarta Pusat
Pondok Indah Mall 2 lt.4
Jakarta Selatan

Eastern Restaurant :
Karawaci Office Park A1, Lippo Karawaci Tangerang
Telpon : 021-5584288 - 5584266
Grand ITC Permata Hijau Kanto Diamon 152
Jakarta Selatan
Telpon : 021-53663838

Super Kitchen Restaurant
Jl. Pecenongan No. 76A
Jakarta Pusat

Oenpao
Jl. Kyai Maja No.19
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp: 021-93763911
Jl. Kemang Selatan 102
Jakarta Selatan
Telp: 021-7193989

(dev/Odi)

RESEP MASAKAN PEKING DUCK (BEBEK PEKING)


Bahan:

1. 1 ekor bebek peking
2. 6 siung bawang merah
3. 6 siung bawang putih
4. 2 ruas jahe
5. 2 batang saun bawang
6. ½ ons peka
7. ½ ons goblong
8. 1 ons gula 10 lembar kulit lumpia
9. 1 buah mentimun
10. 2 buah cabai merah
11. Garam secukupnya
12. Vetsin secukupnya
13. Saus ptum
14. Saus hongkong

Cara Membuat Resep Masakan Peking Duck(bebek peking):

1. Racik bebek dengan bumbu khusus dan rempah-rempah.
2. Masukkan semua bahan kedalam perut bebek, kemudian dijahit.
3. Rebus bebek dan siram dengan saus.
4. Panggang sampai matang.
5. Hidangkan panas-panas.


RESEP MASAKAN PEKING DUCK (BEBEK PEKING)

* 1 bebek seberat 1,8 kg
* 1/2 mentimun ukuran sedang
* 4 daun bawang
* Saus
1 kaleng kecil taoco
3 sdm gula
2 sdm minyak

WAKTU: Lama persiapan 15 menit, lama memasak sekitar 2 jam.

CARA MAKAN: Ambil selembar kulit lumpia, olesi dengan saus. Letakkan sedikit mentimun, daun bawang, kulit dan daging bebek, lalu lipat menyerupai lumpia.

Warung Starduck, Hidangkan Bebek Peking Istimewa



Menu Andalan: Bebek Peking Panggang.
Range Harga: Harga mahasiswa
Lokasi: Jl. Ciumbuleuit No.72
Telp: 022 70080872
Jam buka: 10.00 - 22.00 WIB
Halal?: Ya
Deskripsi:

Warung Starduck di jalan Jl. Ciumbuleuit No.72 Bandung walau tempatnya sederhana, semua serba bambu, tetapi hidangan bebeknya benar2 lezat, rasa restoran internasional dengan harga mahasiswa.

Bebek Peking memang salah satu daging pilihan dan menjadi favorit dibanyak tempat. Sebelum diolah menjadi masakan yang lezat, Bebek Peking yang memang dibudi dayakan, disembelih sesuai dengan syariat Islam dan bahan2 yang dipakai disini semuanya HALAL. Kita bisa memilih menu utama :

- Bebek Peking Panggang + Nasi Hainan.
- Bebek Peking Goreng + Nasi Hainan.
- Bebek Peking Bakar + Nasi Hainan.
- Bebek Goreng + Nasi Putih.
- Sate Bebek Peking + Nasi Putih.

Selebihnya masih banyak lagi menu2 lainnya, seperti ; Bakmi Goreng, Nasi Goreng dll yang semuanya serba lezat dan murah. Suguhan Bebek Peking Panggang yang merah dengan Nasi Hainan ditemani dengan semangkuk kuah saya santap dengan nikmat. Kuah terasa sekali kaldunya, daging panggang Bebek Peking nya lezat dan memenuhi selera nusantara. Wow, decak kagum yang bisa saya gambarkan untuk warung ini. Penasaran khan? Cepat2 deh ke Warung Starduck, dijamin anda bakal ketagihan.

Bebek Peking dengan Bumbu Nusantara di Ibis Tamarin


Kamis, 8 Oktober 2009 | 16:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini Bebek Peking dikenal dengan kelezatan dan keempukan dagingnya selalu diidentikkan dengan masakan dari China, yang pengolahannya hanya dipanggang. Namun kali ini Hotel Ibis Tamarin Jakarta menyajikan hidangan Bebek Peking dalam bentuk lain yang kental dengan sentuhan khas masakan Nusantara Indonesia.

Hidangan bebek dalam khasanah masakan Nusantara Indonesia juga merupakan hidangan yang banyak dijumpai dalam hidangan masyarakat Indonesia, seperti Gulai Bebek Cabe Hijau yang berasal dari Sumatera Barat atau Padang, Semur Bebek dan Bebek Penyet yang dikenal berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Nah, kali ini, Executive Chef Hotel Ibis Tamarin, Leonardus, menciptakan suatu kreasi baru di mana bebek yang disajikan dalam menu-menu Nusantara tersebut bukan dari bebek seperti biasanya. Leo menciptakan menu dari Bebek Peking, sehingga hidangan nusantara ini menjadi lebih istimewa.

Menu-menu kreasi baru tersebut terdiri dari Gulai Bebek Peking Cabe Hijau, Semur Bebek Peking Lada Hitam, dan Bebek Peking Penyet dapat dijumpai dan dinikmati di Restoran La Table, Hotel Ibis Tamarin Jakarta, yang berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, selama bulan September dan Oktober 2009 dengan harga Rp. 90.000 ++ / porsi.

"Harga ini sudah termasuk satu paket nasi dan pilihan menu Bebek Peking serta segelas Lemon Tea dingin atau hangat," kata Ibis Network PR Manager Yulia Maria hari Kamis (8/10). Nah, Anda berminat?

Gurihnya Daging Bebek Hasil Selingkuh Dengan Mentok

Khoirunnisa - detikFood, Senin, 22/12/2008 12:04 WIB

Jakarta - Nama : Khoirunnisa
Email : sun4ines[at]yahoo.com
Alamat : Bogor

Semua menu andalan yang ada di rumah makan ini adalah bebek dan entok. Jadi tak salah jika dinamakan rumah makan Bebek Tik Tok. Mau daging bebek yang dibumbui seperti rendang, atau sup bebek yang rasanya lezat dengan semburat rasa pedas dari potongan cabai hijau? Semuanya ada disini!

Hal ini bermula dari ibu saya yang hobi sekali menonton acara di televisi yang memuat wisata kuliner. Biasanya ibu akan mencatat jenis masakan baru, untuk di masak di rumah. Supaya orang rumah nggak bosen dengan masakan yang itu-itu saja. Namun suatu hari, ibu saya mengajak saya pergi ke Depok untuk berwisata kuliner yang ia ketahui dari televisi.

Wah, tumben sekali pikir saya. Setelah mencari-cari dan tersasar, akhirnya tempat yang kami cari ketemu juga, Rumah Makan Tik tok. Ibu saya bilang "Kok rumah makannya beda dengan yang di TV ya?". Pantas saja, rumah makan yang kami kunjungi adalah cabangnya, tak heran kalau berbeda.


Karena sudah kelelahan dan sangat lapar sekali, karena mencari-cari rumah makan ini dari siang hari sampai menjelang maghrib, akhirnya langsung saja saya pesan dua porsi makanan dengan jenis masakan yang berbeda. Supaya ibu saya bisa mencicipinya dan barangkali bisa membuatnya di rumah.

Menu andalan di sana adalah daging bebek yang di masak seperti bumbu rendang yang rasanya lumayan pedas. Rasanya sangat enak sekali dan dagingnya juga sangat empuk. Karena saya suka dengan masakan yang berkuah, akhirnya pelayannya menawarkan kepada saya sup bebek. Hm....mendengar kata sup, saya langsung mengiyakan tawaran pelayan tadi.

Sup bebek disajikan dalam mangkuk yang lumayan besar. Didalamnya terapat potongan cabe hijau dan potongan daging bebek yang lumayan banyak. Daging yang dijadikan sup disini adalah bagian leher bebek. Jadi sedikit sekali daging bebek yang bisa saya nikmati karena segian besarnya adalah tulang-tulang.

Tapi jangan salah, mungkin daging yang bisa anda rasakan memang tak seberapa jumlahnya. Akan tetapi rasa supnya sangat lezat sekali dan ini yang membuat saya ketagihan. Aroma jeruk dalam sup, benar-benar sangat terasa sehingga dapat mengesampingkan aroma amis dari daging bebek. Kuahnya begitu kental dan banyak.Tidak ketinggalan pula rasa pedasnya yang pas. Serta beberapa potongan sayuran seperti buncis, wortel dan seledri, menambah nilai gizi. Benar-benar sangat lezat sekali.

Sampai dirumah pun, saya masih terbayang-bayang dengan kelezatan sup bebek dari Rumah Makan Tik-Tok tersebut. Sampai-sampai saya merayu ibu saya untuk membuatkan sup bebek seperti itu setibanya di rumah.

Bahkan saya telah berniat, bila ada waktu senggang saya akan mengajak teman-teman saya untuk makan di rumah makan tersebut. Harga untuk setiap masakan di sana boleh saya bilang murah untuk rasa yang sangat istimewa. Saya juga yakin Anda pun akan berpendapat sama dengan saya.

Bebek Tik Tok Van Depok
KH.M.Usman No.81A Kukusan, Depok

(eka/Odi)

Senin, 23 November 2009

Menikmati Kepiting Alaska di Seberang Bundaran HI

Jum'at, 26 September 2008 | 08:26 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ada segelas cocktail buah saat beduk ditalu. Juga secangkir teh hangat. Makanan pembuka atau tajil di The Duck King Res taurant ini cukup memuaskan rasa dahaga.

Tak lama muncul sederetan menu menggoda di meja bundar itu. Bebek Peking Ala The Duck King, sepertinya satu yang tak boleh dilewatkan. Kulitnya renyah, krispi. Dagingnya pun cukup tebal dengan bumbu yang meresap di antara sela-sela serat dagingnya. Hemmm...


Sambil menikmati makanan, mata pun disuguhi interior menawan khas imperial. Apalagi di setiap dinding dan sekat dihiasi gelas-gelas kaca, sehingga ruangan berkapasitas 360 tempat duduk itu terkesan lebih luas dan glamour.

Menu lain yang juga menjadi andalan restoran yang berlokasi di Gran Indonesia lantai 3A ini adalah seafood. Sebut saja Kepiting Alaska yang berukuran besar itu. Anda bisa meminta chef restoran untuk memasak kepiting import itu sesuai selera Anda. Bisa digoreng, dibumbu saus padang, atau lainnya.

Apapun bumbunya, coba gigit daging kepitingnya itu. Meski tak jauh berbeda dengan kepiting pada umumnya, tapi seratnya lebih terasa di lidah. Dagingnya lebih tebal.

Rasa ‘asyik’ di lidah pun terulang saat menikmati tim ikan malas ala Thai. Pemilihan ikannya yang segar membuat daging ikan itu terasa fresh di lidah, juga bumbunya yang spicy meresap penuh sampai tulangnya. Tentu masih ada menu lain yang bisa dipilih, seperti kerang bambu, tim tahu scallop jamur, atau lumpia goreng ikan dengan keju.

Untuk minuman ada berbagai pilihan. Aneka jus segar, atau ini dia yang khas di sini, Superior Chinesse Tea. Anda bisa memilih Superior Flower Tea atau Superior Jin Long Tea yang pastinya akan menambah nikmat santapan.

Sambil menyeruput sedikit demi sedikit teh yang menyegarkan itu, lihatlah sekeliling ruangnya yang ditata apik. Interior ruangan ternyata didominasi warna hitam, putih, cokelat sebagai warna utama. Yang menarik adalah koridor masuknya, kaca perunggu yang melekat pada dinding, pilar-pilar serta atapnya memberikan efek refleksi cahaya secara horizontal maupun vertikal. Suasana pun terasa nyaman dan mewah. Di salah satu sisinya, melalui jendela kaca selebar 40 meter, sembari makan malam, Anda pun bisa menikmati bundaran Hotel Indonesia yang sarat dengan catatan sejarah itu lengkap dengan patung Selamat Datang- nya.

Cukup? Jangan dulu, pesanlah makanan penutupnya yang tak kalah istimewa dengan makanan utamanya. Puding dengan cita rasa pilihan antara jeruk bali, avocado sago, cofee, serta durian sago. Hmm.. Lengkap sudah buka puasa kali ini. A dining experience offering more than just great food – certainly.

Susandijani

Tetek Bengek Bebek

http://www.tempointeraktif.com

Bebek lebih rumit pemeliharaannya daripada ayam. Harus digembala, makanannya harus dijaga dan baru bertelur sesudah 6 bulan. Bila telur yang menetas jantan dilempar ke pasaran.

SIAPA orang yang paling dulu makan daging ayam dan telurnya? Menurut Ensyclopaedia Britannica, bangsa Cinalah yang pertama kali menangkap ayam lantas dimasak dan dimakan. Itu sudah dimulai sejak 1.400 tahun sebelum Masehi, katanya. Tidak ada catatan kapan telur bebek dan dagingnya juga dimakan manusia. Tapi hidangan bebek Peking sekarang ini terkenal di seantero dunia meskipun hanya dijual di restoran-restoran besar saja. Biar begitu, telur bebek tidak sepopuler telur ayam: tidak semua isi dunia terbiasa makan telur bebek. Cuma bangsa-bangsa Timur --termasuk Eropa Timur -- yang mau menyantap telur yang lebih besar ini.

Itu menguntungkan juga bagi para bebek: mereka tidak begitu "diperkosa" seperti ayam -- yang sekarang ini diteliti dengan matang sekali bagaimana bisa memprodusir telur sebanyak mungkin Biarpun nyonya-nyonya bebek bisa bertelur antara 300-360 butir setahunnya -- artinya bisa setahun penuh tanpa cuti -- tampaknya orang tidak terlalu hirau. Sebab telur mereka ini memang lebih amis dibanding telur ayam. Memang, amis tidak amis terutama terasa bagi orang yang sedikit kaya. Sebab bagi penduduk yang taraf hidupnya seperti ukuran Asia, itu tak jadi soal. Yang penting telur bebek lebih murah: di penggorengan dia mekar menjadi lebih banyak.

Selada Belanda. Daerah Kerawang lumbung padi Jawa Barat, adalah juga gudang bebek. "Bebek tidak bisa dibiarkan begitu saja seperti ayam", kata Pak Tatang dari desa Pacing, Kerawang, "karena bebek harus digembala". Kalau lupa saja membimbingnya, bebek-bebek yang selalu rapi berjalan beriringan akan ngeloyor ke mana-mana. Akibatnya anda bisa berkonfrontasi dengan tetangga yang diselonongi bebek-bebek tersebut.

Lebih penting lagi: dengan digembalakan, produksi telur bebek bisa naik. Seekor bebek baru bisa menghasilkan telur kalau umurnya sudah 6 bulanan. Asal makanannya dijaga, di pagi hari pemilik akan diberi hadiah telur yang warnanya putih atau kehijau-hijauan. "Dan makanan dalam hal ini penting", ujar Pak Tatang lagi. Sebab kalau makanan tidak beres, telur tidak tersedia. Memang pada dasarnya bebek bisa makan segala macam. Mulai dari cacing, pucuk pohon padi muda sampai ke anak ikan. Tapi biasanya pemilik menyediakan ramuan gabah, katul dan sayuran seperti kangkung -- yah mirip-mirip hidangan selada orang Belanda.

Menebak bebek. Itu untuk sarapan pagi. Siang hari, sebaiknya bebek-bebek digembala di antara pematang sawah tepi-tepi sungai. Menjelang matahari hilang, bebek-bebek digiring pulang biasanya mereka dibiarkan dulu untuk membersihkan diri: berendam-rendam di sungai, kemudian naik ke atas sambil menyisik-nyisik bulu dan ketiak. Setelah rapi, baru digiring pulang. Karena itu, "bebek ini ikut saja dengan kehidupan kami", kata Tatang. Maksudnya kalau sedang ada panen, telurpun turut panen. Celakanya, di kala petani dilanda paceklik, hasil telurpun ikut paceklik. "Pokoknya ngurus bebek cukup ruwetlah", kata Tatang.

Tapi, omong-omong, Tatang punya keahlian khusus juga -- yang biasanya dimiliki beberapa orang bebekwan lain. Mereka ini bisa menebak telur bebek: mana yang akan jadi jantan dan mana yang betina. Biasanya yang dilempar ke pasaran telur-telur yang nantinya menetas jadi bebek jantan. Ini tentu menakjubkan, karena semua telur bulat bentuknya. Bagaimana bisa tahu? "Wah ini sulit dikasih keterangan. Soalnya sudah di sini ini", kata Tatang sambil menunjuk dada dan kepalanya. Rupanya para laki-laki bangsa bebek hanya punya satu peranan. Kawini isteri mereka yang banyak itu, dan kalau ada calon laki-laki yang akan lahir, jual saja.

Minggu, 22 November 2009

Raup Jutaan Rupiah dari Tulang


Selasa, 7 April 2009 | 11:50 WIB

KOMPAS.com — Dua tahun lalu Beni menjadi korban pemutusan hubungan kerja massal. Ia lalu mencoba beternak lele. Ketika tengah menguras kolam untuk panen, Beni dan rekannya menemukan tumpukan tulang ikan dan ayam, sisa pakan lele. Tiba-tiba muncul ide di kepalanya. Tulang belulang yang sering kali dianggap orang tak berharga itu mereka ubah menjadi sepeda ontel, naga, motor besar, sampai becak.

Kerajinan dengan bahan baku tulang belulang pula yang membuat laki-laki bernama lengkap Beni Tri Bawono ini mengikuti berbagai pameran kerajinan, di antaranya di Yogyakarta dan Jakarta.

Dalam berbagai pameran itu, miniatur sepeda ontel, monster, sepeda motor gede atau moge seperti Harley Davidson, becak, dan kapal layar diberi harga sekitar Rp 1 juta. Adapun kerajinan berbentuk naga yang panjangnya lebih dari satu meter ditawarkan sekitar Rp 10 juta. Harga yang relatif tinggi, menurut Beni, merupakan bagian dari penghargaan atas kreativitas mencipta.

Bahan baku utama kerajinan itu dari tulang belulang ”gratisan” yang sebagian merupakan limbah warung makan di sekitar rumahnya. Bahan baku kerajinan itu tak hanya tulang ayam, tetapi juga tulang ikan dan tulang bebek. Sebagian besar tulang itu tidak dibentuk sesuai kebutuhan, tetapi kreativitaslah yang disesuaikan dengan bentuk tulang-tulang yang tersedia.

Sadel untuk sepeda ontel, misalnya, dibuat dari potongan punggung ayam, ban sepeda dari leher ayam yang dibentuk melingkar. Jeruji dibuat dari patahan tulang sayap, sedangkan kemudi sepeda dari tulang bebek. Ini yang menyebabkan pembuatan kerajinan seperti sepeda onthel bisa memakan waktu 10-15 hari, sementara untuk membuat naga yang lebih rumit diperlukan waktu hampir empat bulan.

Proses pembuatan kerajinan itu diawali dengan membersihkan tulang dari sisa-sisa daging. Untuk menghemat tenaga, hasil berburu tulang pada malam hari di warung-warung makan itu dia lemparkan ke kolam lele di belakang rumahnya. Setelah tiga hari, tulang itu diangkat dan direndam dalam air berformalin selama sehari semalam. Tulang-tulang itu kemudian dijemur hingga berwarna putih kering sambil sesekali disemprot formalin.

Tulang yang sudah benar-benar kering lalu mulai direkatkan dengan lem, sesuai dengan ide bentuk benda yang muncul. Setelah jadi, sebagai sentuhan akhir, rangkaian itu disemprot dengan cairan pembersih dan disapu dengan pewarna mutiara. Untuk memberi nilai tambah pada produknya, kerajinan itu dimasukkan ke dalam bingkai kaca.

”Kaca bingkainya juga kami potong sendiri dan sengaja dibentuk agar bisa dibuka. Ini supaya orang mudah membersihkannya, cukup disemprot cairan pembersih supaya awet. Asal tidak berada di tempat lembab, kerajinan ini bisa tahan lama,” kata Beni yang tinggal di Kelurahan Kebonbimo, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Andil rekan

Kreativitas membuat kerajinan tulang yang diberi label nama Boneart-Tlatar itu tak terlepas dari andil teman mainnya sejak kecil, Parmono atau Mono (27), panggilannya. Tentang nama merek produknya itu, kata Beni, ”boneart” untuk menggambarkan kerajinan ini terbuat dari tulang belulang. Adapun ”Tlatar” adalah tempat kelahirannya.

Mono membantu Beni mengurus 13 kolam lele di belakang rumahnya. Memelihara lele adalah usaha yang dijalani Beni untuk menyambung hidup setelah terkena PHK massal dari pabrik tekstil di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, akhir tahun 2007.

Pada awal tahun 2008, Beni dan Mono mulai memanen lele. Setelah menguras habis air kolam, di tepian kolam teronggok tumpukan tulang-tulang sisa pakan tambahan lele. Mono melihat kepala ayam yang sudah menjadi kerangka. Entah mengapa, ketika itu imajinasinya melayang, membayangkan kepala ayam itu seperti kepala monster. Hari itu juga Mono dibantu Beni mencoba membentuk sosok monster yang tergambar dalam benak mereka.

Hasilnya ternyata lumayan unik meski masih sederhana. ”Monster” itu lalu dipajang di ruang tamu rumah Beni. Beberapa kenalannya yang melihat ”monster” berbahan tulang sisa pakan lele itu tertarik dan memesan produk serupa.

Merasa ada peluang, jiwa bisnis Beni muncul. Dia mengajak Mono membuat lebih banyak kreasi hingga kemudian hasil karya mereka juga diketahui dinas usaha kecil dan menengah setempat. Mereka kemudian diajak ikut pameran ke berbagai tempat dan kota.

”Sewaktu pameran di Yogyakarta, kami sudah mendapat pesanan meski jumlahnya relatif kecil. Namun, karena ini produk kerajinan tangan, memang tak bisa langsung dikerjakan dalam waktu cepat,” katanya.

Duet Beni dan Mono lalu mencoba mengembangkan bentuk selain sosok monster. Mereka mencoba membuat sesuatu yang lebih menantang. Namun, Mono memutuskan untuk berhenti dua bulan lalu. Maka, Beni bekerja sendiri meneruskan usaha kerajinan berbahan baku tulang belulang itu.

Tawaran lewat ”blog”

Meski bisa dikatakan unik, kata Beni, pemasaran produk kerajinan tulang ini masih tertatih-tatih. Ia baru bisa berharap dari pameran ke pameran. Dia masih enggan menawarkan kerajinan tulang itu melalui galeri seni.

”Saya berencana membuat galeri sendiri di rumah, tetapi masih belum terwujud karena terkendala modal. Untuk membuat karya yang dipamerkan di Jakarta saja, saya sudah habis-habisan. Uang dari hasil menjual lele nyaris semuanya dipakai untuk modal membuat kerajinan,” tuturnya sambil menunjukkan belasan kerajinan tulang.

Untuk mengatasi masalah pemasaran, sekitar sebulan lalu Beni dibantu sepupunya mencoba menggunakan jejaring internet. Dia membuat blog yang berisi foto-foto dan narasi singkat tentang kerajinan tulang produknya dalam www.boneart-tlatar.blogspot.com. Namun, media ini masih sangat sederhana, baik tampilan maupun isinya.

”Saya tetap merasa kerajinan ini unik dan bernilai tinggi. Saya berharap setelah pemasarannya bisa lebih luas, saya bisa mengajak orang-orang di kampung untuk ikut membuatnya. Sepanjang ada kreativitas, pasti ada jalan,” ungkapnya optimistis.(Antony Lee)

Sumber: Kompas Cetak

125 Orang Kejar-kejar Bebek


http://www.kompas.com, edisi Senin, 18 Agustus 2008 | 11:58 WIB

SURABAYA, SENIN - Sebanyak 125 orang yang berasal dari Kecamatan Genting, Surabaya mengikuti lomba menangkap bebek di Sungai Kalimas, Surabaya, Senin (18/8) siang.

Acara yang digelar untuk memperingati HUT ke-63 Kemerdekaan RI tersebut cukup meriah. Bahkan, sejumlah warga Kota Surabaya berdatangan melihat secara langsung acara tersebut.

Sementara itu, para peserta lomba terdiri atas orang tua, anak muda hingga anak-anak terlihat begitu antusias menangkap bebek. Mereka terlihat saling berebutan menangkap bebek tersebut.

Ketua panitia, Rudi Irawan Anwar, mengatakan, dalam lomba itu, sebanyak 30 bebek dilepas secara dua tahap ke Kalimas.

"Peserta tidak dibatasi umur, selain para orang tua dan anak muda, anak-anak juga banyak yang ikut," katanya.

Hadiah yang diperebutkan dalam lomba itu, antara lain sepeda gunung, telepon seluler (ponsel), jam dinding, dan hadiah lainnya.

Adapun dipilihnya Kalimas sebagai tempat dalam lomba kali ini, kata dia, karena sungai memiliki nilai historis yang tinggi. Pada zaman kerajaan Majapahit, sungai ini pernah dilewati para perajurit Majapahit ketika menjalankan tugas kenegaraan.

ABI
Sumber : Ant

Kemeripik Laba Bebek Kremes

Kamis, 14 Mei 2009 | 11:06 WIB


KOMPAS.com — Pernahkah mengudap bebek kremes? Rasanya... yummy. Bagi pebisnisnya, laba dari bebek kremes juga tak kalah nikmatnya. Buktinya adalah Samsianata.

Bermula dari iseng, tahun 2006, Samsianata membuka rumah makan dengan menu andalan bebek goreng. Agar tak sama dengan kedai menu bebek lainnya, Sam, panggilan akrab Samsianata, menyajikan menu bebek yang berbeda. "Sagu membalut daging bebek pakai tepung sehingga jadi kremes," katanya.


Selain itu, Sam juga menggunakan rempah-rempah asli Indonesia. "Sehingga dagingnya empuk dan tidak bau amis," klaim Sam yang menamakan usahanya: Bebek Kremes Wong Jojga.

Saat ini di gerai Bebek Kremes Wong Jogja tersedia 19 menu makanan dan tujuh menu minuman. Andalannya, tentu saja menu bebek. Selain bebek, ada juga tahu, tempe, ayam, baknmi, dan sebagainya. Tapi, kebanyakan menu tadi disajikan dengan balutan kremes alias tepung yang menjadi ciri khas Sam. Menu minuman andalannya adalah wedang wayang, yakni campuran berbagai rempah dengan krim.

Sam mengaku, produk makanan buatannya laris manis diserbu pembeli. Karena itu, pada April 2008 Sam menawarkan kemitraan Bebek Kremes Wong Jogja. Tawaran kemitraan itu cukup laku. Buktinya, baru setahun sejak ditawarkan dia sudah berhasil menjaring 18 mitra yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Depok, Bandung, Yogyakarta, dan Medan.

Cukup Rp 50 juta

Sam menetapkan beberapa persyaratan bagi yang berminat menjadi mitranya. Pertama, investasi awal Rp 50 juta untuk kerja sama 10 tahun.

Kedua, talon mitra harus menyediakan tempat usaha dengan luas minimal 100 meter persegi dan lahan parkir yang mampu menampung minimal lima mobil. Khusus yang mengambil lokasi di mal, si mitra bisa menempati ruangan dengan luas 20 meter persegi. Oh ya, tempat usaha tersebut juga harus memiliki kamar mandi.

Dengan menyetor investasi awal tadi, si mitra akan mendapat perlengkapan promosi berupa brosur dan spanduk. "Ada juga promosi lokal dan nasional selama seminggu pertama pembukaan," jelas Sam.

Tidak ketinggalan, Sam juga memberi pelatihan bagi 15 karyawan mitra. Terakhir, Sam akan memberi paket perdana senilai Rp 2 juta sebagai alat promosi saat pembukaan perdana, berupa paket makanan dan minuman lengkap.

Agak berbeda dari kebanyakan tawaran kemitraan, Sam tidak mengharuskan mitra membeli bahan baku kepadanya. Si mitra bisa membeli sendiri semua kebutuhan usaha. "Karena saya membuka semua rahasia dapur termasuk bumbunya," ajar Sam.

Sam juga tak mematok uang royalti. Hanya, ketika mitra berniat meneruskan kerja sama, Sam memungut Rp 25 juta sebagai biaya perpanjangan. Sam menjanjikan mitra balik modal dalam 24 bulan. Itu dengan asumsi pendapatan kotor Rp 1,5 juta per hari.

Yenny, mitra Bebek Kremes Wong Jogja di Bekasi sejak tahun 2006, mengaku bisa mencapai target itu karena setiap hari bisa meraup pendapatan Rp 4 juta hingga Rp 6 juta. "Laba bersihnya sekitar 30 persen," beber Yenni.

Yenni memperoleh laba sebesar itu setelah dia mengurangi omzetnya dengan berbagai biaya, yakni biaya bahan baku sebesar 30 persen, sewa tempat sebesar Rp 70 juta, biaya gaji pegawai, dan berbagai biaya lainnya. (Dessy Rosalina/Kontan)

Kuliner Keraton

http://www.kompas.com, edisi Kamis, 31 Januari 2008 | 00:39 WIB

by: Bondan Winarno

Tulisan saya minggu kemarin memicu ingatan pada diskusi dua tahun yang lalu di milis Jalansutra tentang kuliner keraton alias royal cuisine. Yohan Handoyo yang memulai diskusi mengajukan beberapa pertanyaan. Apakah bedanya dengan masakan rakyat biasa? Atau cuma masakan biasa yang menggunakan bahan-bahan luar biasa? Atau malah cuma penampilannya saja yang dibuat bergaya?

Yohan ketika itu mencoba melakukan riset dan ternyata menemukan bahwa haute cuisine di Prancis punya sejarah yang panjang. Tidak percaya? Baca saja komik Asterix. Bukankah Obelix yang sangat doyan celeng panggang jadi kaget ketika melihat bahwa ternyata bangsawan Romawi sudah lebih dulu menyukai sajian itu. Sayangnya, Obelix tidak singgah sempat ke Puri Ubud dan melihat para raja Bali menyantap be guling.

Mungkin sekali pertanyaan-pertanyaan Yohan itu dipicu oleh undangan Mas Iwan Tirta beberapa bulan sebelumnya yang mengajak kami berhalalbihalal di rumahnya. Mas Iwan menyajikan berbagai hidangan yang menurutnya dimasak berdasar resep-resep Puro Mangkunegaran. Sekalipun bergaris darah Cirebonan, Mas Iwan memang dikenal sangat dekat dengan keluarga Mangkunegaran.

Tetapi, Mas Iwan sendiri justru berpendapat bahwa keraton-keraton di Jawa justru tidak mempunyai royal cuisine yang dapat dibandingkan dengan istana-istana Prancis atau Italia pada abad ke-18. Menurutnya, keraton-keraton Surakarta dan Yogyakarta di masa itu malah mengirim jurumasaknya untuk belajar masak di keluarga-keluarga Belanda. Perlu pula dicatat bahwa pada masa itu banyak pangeran muda yang justru “dititipkan” kos pada keluarga-keluarga Belanda, sehingga menyerap kebiasaan kuliner asing. Salah satu makanan kesukaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX – yang di masa mudanya bersekolah di Negeri Belanda – adalah sup makaroni yang kemudian diadaptasi menjadi sajian khas keraton Yogya.

Tidak heran bila banyak sajian Puro Mangkunegaran yang sebetulnya juga merupakan fusion dengan masakan Belanda. Sambel goreng srinthil, misalnya, adalah sambel goreng yang dibuat dari bulatan-bulatan kecil daging cincang yang diadaptasi dari masakan Belanda. Bulatan daging ini juga kemudian hadir dalam sup dengan kacang kapri dan potongan sosis.

Salah satu hidangan khas Solo yang menampakkan fusion dengan kuliner Belanda adalah selat solo yang mungkin sekali nama aslinya adalah sla atau salad. Sajian ini merupakan silang antara semur, biefstuk, dan selada. Jejak-jejak kebelandaannya masih sangat kuat. Bukankah sosis solo juga sebetulnya merupakan blaster antara semar mendem dan saucijsbrood-nya wong londo?

Sebaliknya, Kanjeng Gusti Ratu Alit, putri kesayangan almarhum Sri Sunan Pakubuwono XII yang memang diberi “kekuasaan” untuk mengurusi dapur keraton pada waktu itu, justru berpendapat bahwa sajian khas keraton-lah yang kini populer menjadi santapan rakyat. Menurutnya, contoh yang paling nyata adalah nasi liwet. Sajian yang dulunya merupakan kesukaan para raja dan keluarganya, kemudian menyusup menjadi sajian yang populer di kalangan masyarakat luas. Pernah cicipi nasi liwet Bu Wongso Lemu, ‘kan? Dia bukan saudaranya William Wongso, lho?

Bagaimana pula dengan keraton-keraton di luar Jawa? Apakah mereka mempunyai santapan khusus bagi para ningrat di lingkungan baluwarti? Saya pernah berkunjung ke Istana Pagaruyung di Sumatra Barat dan Istana Gowa di Sulawesi Selatan, tetapi tidak pernah mendengar tentang adanya masakan yang hanya disuguhkan di sasana andrawina kerajaan.

Tetapi, di Istana Sultan Maimoon di Medan, saya justru sempat mencicipi masakan-masakan Teuku Zahdi yang konon memang dulunya diperuntukkan bagi para bangsawan. Yang saya cicipi misalnya adalah anyang jantung pisang, sambal serai, bubur pedas, serta tepung banda (kue ini juga disebut bolu kamboja). Anyang adalah masakan seperti urap di Jawa, sayurnya jantung pisang, pakis, dan tauge. Sambal serainya sangat gurih, karena diisi udang basah dan udang kering, dengan kelapa bakar yang ditumbuk, disantap dengan ketupat. Bubur pedasnya mirip bubuh pedah di Aceh, dibuat dari 44 macam bahan dan bumbu. Sama dengan di Solo, santapan para Raja Deli inipun kini populer sebagai masakan rakyat. Bedanya, masakan khas ini hanya muncul pada bulan suci Ramadhan, karena rupanya terlalu rumit untuk disajikan sebagai makanan sehari-hari.

Sekalipun secara terbatas kita juga mengenal adanya berbagai santapan kesukaan para raja di masa lalu, tetapi sebetulnya jenis-jenis masakan itu tidak banyak berbeda dari masakan yang juga dinikmati oleh rakyat. Berbeda sekali dengan definisi royal cuisine seperti yang dapat kita pelajari dari istana-istana Prancis, Italia, China, Jepang, dan Korea. Kuliner istana di sana benar-benar dibuat dari bahan yang sangat eksklusif, dan prosesnya pun sangat eksklusif. Sekarang, di Beijing ada beberapa restoran khusus yang menyajikan menu imperial dinner dengan harga selangit.

Jangan khawatir! Di Yogya malah ada dua restoran yang diselenggarakan langsung oleh keluarga keraton. Lagi-lagi ini membuktikan bahwa kuliner keraton bukanlah sesuatu yang eksklusif. Resep keraton “sengaja” dibocorkan agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Restoran “Bale Raos” yang terletak di bagian selatan keraton Yogya, di Jalan Magangan Kulon, misalnya, menyediakan berbagai sajian kesukaan para raja. Ada bebek suwar-suwir dengan bumbu kedondong kesukaan Sri Sultan HB IV. Ada pula singgang ayam kesukaan Sri Sultan HB IX. Tetapi, he he, jangan kaget kalau menemukan sajian khas Surabaya di sana, yaitu lontong kikil. Rupanya, ada seorang pangeran yang ketika berkunjung ke Surabaya jatuh hati pada masakan ini, sehingga kemudian juga memerkaya khasanah kuliner Keraton Ngayogyakarta.

Di bagian depan keraton, di Jalan Rotowijayan, juga ada “Gadri Resto” yang langsung ditangani oleh BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo. Restoran ini berlokasi di rumah pangeran, sehingga para tamu dapat menikmati suasana khas keningratan. Sekalipun berasal dari Kalimantan, istri GBPH Joyokusumo (adik merangkap ajudan Sri Sultan HB X) ini ternyata tekun belajar kuliner keraton. Ia bahkan sudah menulis buku resep-resep masakan yang disukai para raja-raja pendahulu.

Tamu yang berkunjung ke “Gadri” biasanya akan disambut dengan welcome drink yang disebut Royal Secang. Wedang secang yang dibuat dari jahe, kayu manis, dan serutan kayu secang sehingga berwarna merah ini adalah kesukaan Sri Sultan HB IX juga. Minuman ini sekarang juga disajikan dengan es untuk mengikuti zaman.

Jangan lupa mencicipi hidangan “Gadri” yang bertajuk Nasi Blawong. Blawong sama sekali tidak mencerminkan sajiannya, melainkan referensi terhadap piring sajinya. Di masa lalu, hidangan untuk para raja disajikan dalam piring yang didatangkan dari Belanda dengan motif Delft blauw (biru). Nama piring itu dalam bahasa Jawa kemudian menjadi piring blawon.

Di tengah piring itu diceplok nasi yang berwarna merah muda. Ini adalah nasi gurih yang bumbu utamanya adalah bawang merah. Selain menciptakan efek segar, bawang merah inilah yang “bertanggung jawab” mewarnai nasi itu menjadi merah muda. Di sekitar nasi ceplok itu ditata lauk-pauknya yang tidak terlalu mewah, yaitu: ayam goreng lengkuas, daging sapi lombok kethok, dan telur masak pindang yang kemudian digoreng.

Nasi blawong adalah santapan raja yang memang hanya dapat ditemukan di “Gadri”. Tetapi, favorit raja seperti nasi langgi dan nasi punar kini sudah umum dijumpai di berbagai tempat makan umum.

Dalam daftar menunya, “Gadri” menyajikan berbagai sajian yang memang harus dicoba satu per satu, seperti: daging sanggar, pastel krukup, untup-untup sayur, sayur klenyer, dan lain-lain. Coba juga dessert-nya yang khas seperti: pandekuk, rondo topo, tapak kucing, atau prawan kenes.