Jumat, 20 November 2009

Bebek Renyah ala Bali

Jum'at, 27 Februari 2009 | 10:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Bebek sepertinya tengah menjadi menu primadona di ibu kota. Beragam restoran menawarkan sajian dari bebek sebagai hidangan utama. Mulai dari bebek sambal hijau, bebek goreng, hingga bebek bakar. Tak ketinggalan beragam cara dilakukan untuk menjadi daya tarik. Tengok saja pemandangan peternakan yang ditawarkan untuk pengunjung oleh rumah makan Tiktok van Depok di Kukusan, Depok, Jawa Barat.

Tak kalah unik yang disuguhkan sebuah restoran bebek dari Pulau Dewata di tengah ibu kota. Tepatnya di Jalan H Agus Salim. Hadir dengan suasana lebih modern, Bebek Bengil tetap menampilkan suasana ciri khas Bebek Bengil Bali. Mulai dari desain pohon yang dibalut kain sarung kotak-kotak hitam putih hingga lukisan pemandangan alamnya.


Bebek Bengil alias Dirty Duck Diner tak lain dari restoran bertaraf internasional yang pertama hadir di Ubud, Gianyar, Bali, dengan luas 100 hektare. Nama Bengil, yang berarti kotor, terinspirasi dari munculnya iringan bebek yang melintas di depan restoran yang dikelilingi sawah ini.

Pemilik Bebek Bengil, Anak Agung Raka Sueni mengatakan meski hadir dengan area yang lebih kecil, yakni 17 hektare, suasana Bali tetap menjadi sajian utama di restoran ini. "Kami ingin mengemasnya menjadi lebih modern saja. Sesuai dengan karakter masyarakat Jakarta yang beragam," katanya di sela-sela pembukaan restoran di Jakarta beberapa waktu lalu.

Berbeda dari restoran di Bali yang dikelilingi sawah dan hanya memiliki satu lantai, di Jakarta, Bebek Bengil hadir dengan dua lantai. Uniknya, di lantai dua terdapat dua tempat berupa balkon, sehingga pengunjung dapat menikmati bebek dengan menatap panorama luar, meskipun pemandangannya berupa gedung-gedung.

Tak hanya suasana yang dicoba disesuaikan mirip Bali, menu andalan juga sama dengan yang disuguhkan di Ubud, yakni bebek bengil, berupa bebek goreng nan renyah. Tak mau kehilangan cita rasa bebek bengil Gianyar, bumbu untuk bebek bengil di Jakarta pun didatangkan langsung dari Pulau Dewata.

Membuka menu makan malam kami, hadir sate khas Bebek Bengil yang terdiri dari tiga macam, yakni sate lilit, sate udang, dan sate ayam. Lumayan mengganjal perut saya yang sudah menyanyi karena menahan embusan angin kencang malam itu. Setelah puas menikmati suasana Bali di tengah hiruk-pikuk ibu kota, akhirnya bebek bengil singgah di meja kami. Satu porsi nasi dan sepotong bebek goreng yang terlihat sangat garing serta sambal. Ada dua macam sambal, yakni sambal matang berupa cabe merah serta sambal mentah berupa irisan cabe dan bawang. Ditambah sayuran berupa kacang panjang dan taoge dengan bumbu kelapa, di sini dikenal sebagai urap. Menggiurkan!

Tanpa basa-basi, kami pun langsung menyantap bebek bengil itu. "Emang garing banget, sampai ke tulangnya," ujar rekan saya, Wulan. Ditimpali rekan lain, Indri, menyebut sambal yang lebih enak adalah sambal mentah. Ya, apa yang dibilang oleh teman-teman saya memang benar. Bebek bengil berbeda dari bebek yang pernah saya makan sebelumnya. Lebih garing dan renyah. Aroma amis yang biasa tercium dari bebek sama sekali tak singgah di hidung. Namun, untuk ukuran bumbu Bali, menurut saya, masih kurang tajam di lidah. Rasa gurih dan rempah Bali tidak begitu menonjol dibandingkan dengan masakan Bali lain.

Makan malam kami ditutup dengan kue-kue nan legit. Seperti the original skin devil dark food cake, Italian tiramisu, dan carrot cake ala Bebek Bengil. Meski tak terlalu menohok di lidah, rasa bebek bengil cukup mengobati kerinduan pada menu Bali. Selain bebek bengil, beragam menu juga tersaji, seperti sup ayam, tom yam goong, nasi campur Bali, sajian laut panggang, atau dada ayam panggang. Nah, untuk mencicipinya, Anda kudu merogoh kocek sebesar Rp 73.000++ per satu porsi bebek bengil. Tentunya ada bonus suasana Bali dan menu yang dijamin halal.[S. IKA SARI]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar