Rabu, 28 Oktober 2009

Bebek Songkem Bikin Melek Merem

Jangan lupakan sungkem ke warung Musalim jika ingin menikmati lezatnya bebek songkem.

by: DINI MAWUNTYA, TEMPO

Semerbak wangi langsung memenuhi ruangan ketika bebek songkem yang dibungkus daun pisang disajikan dalam kondisi hangat. Wanginya bertambah ketika bungkusnya dibuka. Hmmm...wanginya mengundang selera. Baunya menggoda perut keroncongan untuk segera menyantapnya.

Begitu bungkus dibuka, terlihat daging bebek yang berwarna putih kekuning-kuningan. Saat dimakan, mak kress...empuknya bukan main. Makan bebek songkem sangat berbeda dengan makan daging bebek pada umumnya yang alot.

Rasanya? Tak usah disangsikan lagi deh. Gurih campur pedas. Untuk menyantapnya tak perlu sambal karena bebek songkem sudah pedas. Jika kurang pedas, jangan khawatir, pemilik warung juga menyajikan sambal bawang.

Walau keringat bercucuran, tak puas rasanya hanya menyantap sebungkus daging bebek songkem. Rasa pedasnya yang khas justru membuat selera makan yang menyantapnya bertambah. Dimakan dengan nasi pulen dan lalapan, nikmatnya tiada tara.

Yang memiliki kolesterol tinggi, tak usah khawatir. Sebab, cara memasak bebek ini bukan digoreng, melainkan direbus. Dijamin rendah kolesterol.

Untuk sekadar mencicipi rasanya, Anda cukup merogoh kocek Rp 11 ribu. Harga itu sudah satu paket dengan nasi, lalapan, sambal, plus es teh.

Penasaran? Anda bisa menjajalnya di Warung Pak Musalim, Jalan Trunojoyo, Sampang, Madura. Ini adalah satu-satunya tempat yang menjual makanan bebek songkem.

Menurut Musalim, 32 tahun, bumbu daging bebek ini sebenarnya sederhana. Terdiri atas bawang putih, bawang merah, cabai, dan garam yang dihaluskan.

"Kuncinya ada di pemilihan daging," kata Musalim beberapa waktu lalu kepada Tempo.

Memang Musalim tak sembarangan mencomot daging bebek untuk masakannya. Daging bebek masakannya bibitnya (meri) berasal dari Lumajang. "Harganya tidak terlalu mahal, tapi enak dimasak," kata dia.

Kunci lainnya adalah cara memasaknya, yakni daging bebek yang sudah dibumbui tadi di masukkan ke kuali. Sebelumnya, kata dia, disiapkan kuali yang di dalamnya sudah dimasuki pelepah pisang. Baru kemudian dimasukkan empat hingga lima potong bebek yang telah diolesi bumbu dan dibungkus dengan daun pisang.

Setelah itu, kuali tersebut dimasak di atas kompor hingga dua jam. Lalu, daging bebek matang dan siap disajikan. "Istilahnya daging bebek dipresto, yang kemudian dikenal dengan bebek songkem," kata Sahlah, istri Musalim.

Masakan ini, kata dia, awalnya diajarkan oleh kiai terpandang kepada warga di daerah asalnya yaitu di Desa Trajen, Kecamatan Camplong, Sampang. "Masakan ini sudah turun-temurun. Saya diajari oleh orang tua saya," ujarnya.

Ia bercerita, saat muda, orang tuanya sering memintanya memasak bebek songkem untuk makan sehari-hari. "Lalu, ada tamu yang mencicipi bebek songkem buatan saya saat bertandang ke rumah saya," kata dia.

Tamu itu, kata dia, kemudian pesan minta dibuatkan bebek songkem. "Lama-lama, di daerah setempat, saya dikenal bisa masak bebek songkem dengan enak," ujarnya. Pesanan dari tetangga pun kemudian berdatangan. Bahkan, pesanannya lambat laun semakin banyak.

Inilah yang membuat Musalim akhirnya mendirikan warung bebek songkem di pusat Kota Sampang sejak tiga tahun lalu. Warung ini buka mulai pukul 08.00 hingga 20.00.

Berbagai tawaran kerja sama yang diajukan kepadanya ia tolak. "Banyak pedagang kaya yang menawari saya gaji ratusan juta jika saya memasak bebek songkem di Jakarta dan Surabaya," kata dia. Namun, kata dia, hal ini ditolaknya karena ia memilih ingin tetap di Sampang dan berkumpul dengan keluarganya.

Kini langganannya pun semakin banyak. Bahkan, terkadang warungnya sudah tutup sebelum waktunya karena daging bebeknya sudah ludes terjual.

Jika tidak ada pesanan, sehari-hari ia membatasi menjual sebanyak 30 ekor daging bebek. Batasan ini dilakukan karena memasak daging bebek songkem butuh waktu lama.

Jadi jika ke Sampang, jangan lupakan sungkem ke warung Pak Musalim jika ingin menikmati bebek songkem. [DINI MAWUNTYAS]

Hobi Mendulang Rezeki

Awalnya, kehidupan Musalim, 33 tahun, hanya pas-pasan, bahkan bisa dibilang kekurangan. Apalagi, kerjanya hanya serabutan. Berkali-kali ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta gagal berwiraswasta.

Namun, kehidupannya membaik setelah hobinya membuat bebek songkem digemari banyak orang. "Setahun berjualan, saya sudah bisa membeli mobil," katanya bangga.

Bahkan, saat ini ia mempunyai enam karyawan yang membantunya mengelola usaha. Ia juga bercita-cita bisa mengembangkan usahanya di luar Sampang.

Ia tak pernah menyangka usahanya ini diperhitungkan oleh pemerintah setempat. Dalam beberapa kali kesempatan, masakan bebek songkem khas Sampang pernah dipromosikan oleh pemerintah kabupaten setempat sebagai makanan khas Sampang. Ia dianggap menjadi ikon Kota Sampang.

Hanya satu cita-citanya kini. Ingin menyekolahkan ketiga putra-putrinya hingga jenjang pendidikan tinggi. "Dengan pendidikan, saya ingin anak-anak saya mempunyai bekal untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik," ujar dia. [DINI MAWUNTYAS]

4 komentar:

  1. Betul betul baru masakan bebek
    Dua kali saya mencoba, enak dan pedesssss

    BalasHapus
  2. Sekali coba makan bebek songkem,, ngangenin rasanya :) pengen belajar bgmn proses pmbuatannya:)

    BalasHapus
  3. bebek songkem asli khas sampang pak Salim buka di Surabaya tepatnya di Foodcourt lt3 CITO MALL

    BalasHapus
  4. Bebek songkem pak Musalim ada juga di Warung Ketoprak Mang Ucup, Jalan Walikota Mustajab Surabaya.

    BalasHapus